Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Uang Ayah Habis Sedangkan Stok Beras Sudah Menipis

1 November 2024   15:19 Diperbarui: 5 November 2024   15:03 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Istri menjaga gawang, memastikan rumah menjadi tempat paling nyaman. Tugas yang tidak boleh disepelekan, hanya karena secara hitungan ekonomi tidak kelihatan.

Dan anak-anak dipersiapkan untuk masa mendatang, dengan keteladanan ayah ibunya. Anak-anak berhak mendapatkan contoh baik orangtuanya, bekal menghadapi kehidupan.

Setiap anggota keluarga, keberadaannya memiliki keutamaan tak tergantikan. Tidak boleh ada yang merasa superior, sementara yang lain dianggap beban.

Ayah sang kepala keluarga, jangan merasa berkuasa. Seenaknya berbuat kasar pada istri dan anak- anak, merasa pemilik uang seutuhnya. Ayah pemegang tanggung jawab besar, agar yang di rumah merasa nyaman.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Ayah yang sedang di fase kesulitan keuangan, jangan marah dan sensitive. Tetaplah bersabar, sembari berupaya sekuat tenaga.

Lagi dan lagi, jangan menganggap istri dan anak adalah beban. Mereka adalah amanah kehidupan, yang pasti memberi hikmah terbaik di kemudian hari.

Ketika Uang Ayah Habis Sedangkan Stok Beras Sudah Menipis

Berada difase paceklik, memang sangat tidak mengenakkan. Segala usaha dikerahkan, seolah memberikan hasil tak setimpal. Ayah yang berusaha bertahan, adalah ayah yang meyakini sebuah proses.

Bahwa tugasnya adalah bekerja dan bekerja, sedangkan besaran perolehan bukan lagi wewenangnya. Tetapi selama untuk anak istri diikhtiarkan, niscaya kan ada keajaiban datang tak terduga.

Jujurly, sebagai ayah saya masih terus belajar. Meyakini bahwa istri dan anak-anak sama sekali tidak pernah memberati, mereka hidup dengan jatah rejeki yang dijamin pemilik kehidupan.

Bahwa saya hanya perantara, bahwa segenap jerih payah dan pengorbanan kelak ada catatan dan perhitungannya. Saya musti bangga menjadi kepala keluarga, dan pencarian nafkah adalah medan juang menggapai derajad mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun