Ketika jam makan siang tiba, saat kereta sedang melintasi kota Cirebon. Nasi jamblang bu nur dan empal gentong khas Cirebon, menjadi menu santap siang saya waktu itu.
Melihat penampakan yang estetik, membuat saya langsung jatuh suka. Dua kepal nasi putih dibungkus daun jati, di Cirebon disebut nasi jamblang. Â Soal bungkus daun jati, mengingatkan pada masa kecil di kampung halaman. Dulu sarapan pecel madiun, dibungkus daun jati.
Kembali ke nasi jamblang, siang itu dipadukan semur kentang dengan kuah encer. Kemudian ada tempe goreng, tahu tepung, paru goreng dan sate usus, ditata rapi memenuhi kotak. Ditambah empal gentong, membuat suasana Cirebon semakin megang.
Pelanggan diberi keleluasan, bersantap di gerbong restorasi atau tetap di kursi diduduki. Saya memilih yang kedua, menikmati nasi jamblang sembari melihat suasana Cirebon dari balik jendela kaca.
Masih informasi dari prami prama, hidden kuliner menyediakan menu daerah lain tak kalah unik.Â
Seperti  lontong kapuan khas Cepu, disajikan di perjalanan Argo Bromo Anggrek. Tahu bakso, tahu petis, loempia khas Semarang, tersedia untuk perjalanan KA Argo Sindoro, dan seterusnya dan seterusnya.
Saya yang merasakan pengalaman baru kulineran di atas kereta, pengin merasakan menu daerah lain di perjalanan yang lain.Â
Oke, mungkin menu serupa bisa dibeli di kota asal atau di Jakarta. Tetapi sembari bersantap di perjalanan kereta, hanya bisa didapatkan di KAI.
----