Bagi saya generasi 80-an, era media sosia saat ini sangatlah ajaib. Bahwa kejadian di belahan bumi manapun, bisa terdengar seketika itu. Mulai masalah serius sampai masalah sepele, dari berita sedih maupun menyenangkan.
Termasuk, aneka kejadian di rumah tangga. Relasi suami istri dibeberkan sebegitu gamblang, mengundang aneka komentar netizen. Mereka yang tak tahu menahu, ikut urun rembug dengan ke-sok tau-annya.
Suami istri cekcok, kemudian si suami berlaku kasar main tangan. Istri yang hatinya mendua, entah dengan alasan apapun. Kemudian dipergoki suami, saat keduanya berbuat tak senonoh. Atau istri nelangsa, tak mendapat pembelaan saat dipojokan keluarga suami.
Sungguh, netizen paling demen soal ribut-ribut. Terindikasi dari banyaknya retweet dan engagement, membuat keyword tertentu langsung treding. Saya sampai tidak habis pikir, apa untungnya mem-blow up masalah keluarga di medsos.
Bagi saya, urusan suami istri adalah ranah sangat private. Pantang diketahui orang, bahkan diketahui saudara sendiri apalagi sampai orangtua yang tahu.
Masalah suami istri, sebaiknya diselesaikan berdua. Selesaikan dengan hati dan kepala dingin, agar tidak meledak dan membersar. Karena itu bagian dari aib, membukanya berarti siap memalukan diri sendiri.
----
Awal Oktober ini, media diwarnai kabar duka dari keluarga pesohor. Pemain film senior Marissa Haque, menghembuskan nafas terakhir di kediaman beliau. Menurut penuturan keluarga, almahumah tidak ada sakit atau keluhan sebelumnya.
Yang membuat saya terenyuh adalah sikap sang suami Ikang Fawzi. Love language-nya sangat kuat, merasa sekehilangan dan sesayang itu pada almarhumah. Benar-benar, saya merasakan ketulusan cinta Ikang ke sang istri.
Rocker yang aktif di periode 80 -90-an, ikut mengurus jenazah almarhumah. Mulai menggotong keranda, dari rumah kemudian diantarkan ke masjid. Ikut menyolatkan mendoakan, menguburkan, meng-adzankan jenazah di pemakaman tanah kusir. Dan wajah berduka itu, sangatlah tampak berbaur capek.
Saya besar di era 80-an, saat nama Ikang dan Marissa sedang jaya-jayanya. Saat berita keduanya menikah, saya masih berseragam biru putih. Sebagai pasangan orang terkenal, kehidupan keduanya sering menjadi bahan pemberitaan.
Mulai berita mengenakkan, apalagi berita tak mengenakkan. Berita perseteruan, pun berita kehidupan pernikahan. Saat itu belum ada medsos, jadi media mainstream-lah yang menggoreng.
Saya yang masih usia remaja (ketika itu), mengikuti beritanya melalui tabloid mingguan, koran harian---Â saat itu tv belum ada acara gosip.
Dan Ikang Fawzi, suami yang pasang badan ketika istrinya diberitakan tidak baik. Membela semampunya, membela sebisanya, tanpa tanggung-tanggung.
Di sebuah artikel Ikang mengaku, menerima apapun keadaan istrinya. Baik buruknya, kelebihan kekurangannya, sampai hanya rasa cinta yang dipunyai. Atas penerimaan itulah, membuat hubungan keduanya langgeng.
Terbukti hanya maut memisahkan, dan kita bisa menjadi saksi perjalanan keluarga ini. Saya pribadi, salut pada pasangan pesohor yang bisa menjadi panutan. Mengingat pasangan selebritis umumnya, tidak lama berumah tangga.Â
Semoga kesetiaan sang suami, terus terjaga dan dipersuakan di jannah-NYA---aamiin.
Bela Istrimu Jika DirendahkanÂ
Bela istrimu, jika ada anggota keluargamu ada yang menghina atau menyudutkan. Karena bila istrimu direndahkan oleh orang lain, itu berarti dia merendahkanmu juga. Dalam menjalani rumah tangga, jangan biarkan istrimu terluka batinnya karena perkataan orang lain.
Harus diingat.. Bahwa sebelum menikah, istrimu dulu selalu dibela dan hidup bahagia dengan orangtuanya sampai akhirnya dia memutuskan untuk hidup bersamamu. (akun Penyejuk Hati)
Setelah ibu mertua meninggal, menyusul tiga tahun kemudian ayah mertua meninggal. Yang dipunyai istri, adalah saya dan anak-anak. Saya sangat memaklumi, kalau istri sangat tergantung dengan saya.
Meski kami keluarga besar, saudara sudah punya kehidupan sendiri-sendiri. Kakak-kakak dengan keluarganya, prioritas mengantar anak-anak sampai dewasa dan mandiri.
Sebagai suami saya sangat sadar, amanah melindungi dan mengayomi keluarga ada di pundak saya. Membela dan memperjuangkan istri (termasuk anak-anak), kewajiban itu tersemat sepanjang hidup. Dan perlakuan saya, kelak akan dipertangungjawabkan di kampung akhirat.
-----
Sambil menyelesaikan tulisan ini, saya sambi dengan melihat siaran pemakaman Marissa Haque. Dada saya ikut sesak, melihat Ikang Fawzi yang begitu terpuruk. Sang rocker yang biasanya sangar di panggung, kali ini tampak begitu rapuhnya.
Bagi saya pribadi, sikap yang ditunjukkan Ikang bisa menjadi bukti. Sebegitu dalam, kasih sayang pasangan suami istri ini. Menjadi contoh ayah muda atau ayah sudah berumur, mencurahkan rasa sayang sepenuhnya pada istri dan anak-anak. Karena segala sikap suami, akan menjadi kenangan sepanjang masa.
So, bela istrimu jika direndahkan. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H