Saya ikut nimbrung sedikit, me-reply kepala thread dengan cuitan tentang hikmah pernikahan. Suami dan atau istri, bisa cerita apapun yang dialami. Susah senangnya, sedih bahagianya, pun cerita hal-hal yang remeh temeh di keseharian.
Mungkin, seketika itu tak menemukan solusi. Tetapi setidaknya, beban di benak terkeluarkan, sesak di dada tersalurkan. Karena manusia mahkluk sosial, butuh orang lain. Bahkan hubungan lebih personal dan intim, adalah fitrah-nya manusia.
Sekecil Apapun Rencanamu Beritahu Istrimu
Kompasianer yang sudah menikah pasti merasakan, betapa ujian pernikahan sangat di luar perkiraan. Mulai ujian kesedihan, ujian kesenangan, ujian kesehatan, ujian ekonomi, dan banyak ujian lainnya. Kalau tak pandai pandai menjaga pikiran agar tetap waras, bisa-bisa give up di tengah jalan.
Tetapi di balik semua ketidakenakan (ujian pernikahan) itu, betapa banyak rahasia dan kebaikan yang bisa diraih. Asalkan suami istri terus bersama belajar, meniti dan menyelesaikan masalah demi masalah.
Adalah keteguhan mental, kekayaan sudut pandang dalam berpikir, tidak mudah berprasangka dan menilai sesuatu, ujungnya menjadi manusia yang arif.
Dari ujian demi ujian (di pernikahan) juga, menumbuhkan rasa empati yang tinggi. Tidak mudah menghakimi orang lain, meski secara kasat mata tampak salah. Memiliki ruang tenggang rasa yang longgar, buah dari pengalaman hidup telah dilakoni.
------
Dan komunikasi dua arah adalah kunci sangat penting. Agar hubungan suami istri, tetap terjaga dan terawat.
Saya sangat sepakat, suami musti cerita apapun ke istri (dan sebaliknya). Mulai dari rencana kecil sampai serius, mulai pengalaman sepele hingga mengesankan. Pasangan adalah orang yang punya hak, merasakan apa yang kita rasakan. Ya, meski istri tidak punya hubungan darah. Tetapi berkat ijab-mu, istri menjadi sosok yang siap berdiri di samping suami.Â