Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Kemungkinan Jodoh Itu Cerminan Diri atau Pelengkap Diri

21 September 2024   12:05 Diperbarui: 22 September 2024   06:30 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer's, membahas jodoh memang tak ada habisnya. Setiap orang tidak bisa memastikan, kedatangan jodoh untuk dirinya sendiri. Benar ya, manusia memang selemah itu.

Tugas kita adalah sebatas berusaha, agar ketemu dengan pasangan yang setara. Meski perjuangan untuk hal itu, tidaklah mudah dan sangat banyak rintangan. Setiap orang, melewati pergualatan menjemput jodohnya. Dan ketangguhan seseorang, bisa dibentuk dari kesanggupan menyelesaikan tantangan-nya.

Ada orang yang jodohnya cepat, ada yang datangnya lambat. Ada yang menikah diusia dini atau  diusia ideal, tetapi tidak sedikit yang menikah di umur matang. Pun ada, yang dipersuakan jodoh di masa senja.

Saya sepakat, soal jodoh tidak bisa diperbandingkan. So, please, jangan bebani orang, dengan pertanyaan 'kapan nikah'. Saat berinteraksi dengan orang, yang diketahui masih sendiri dan di usia tidak muda.

Kalau tujuannya olok-olok dan mencemooh, lebih baik urungkan dan hentikan. Kalau ejekan itu diteruskan, dijamin bakalan renggang hubungan pertemanan.  

Kalapun diniatkan membantu mencarikan solusi, sebaiknya dibicarakan dengan baik dicari timing yang tepat. Perhatikan reaksi yang dibantu, apakah welcome atau menolak.

------

"Jodoh itu ada dua kemungkinan, pertama jodoh cerminan diri, kedua jodoh kita pelengkap diri kita. Tapi ada satu yang kadang terlupa, jodoh adalah ujian, boleh jadi kita adalah ujian buat dia atau dia ujian buat kita,' Ustad Irfan Rizki.

Pagi selepas subuh, ada video yang lewat di beranda medsos saya. Konten video dari akun milik Ustad Irfan, yang membahas soal jodoh.  Saya menyimak, memutarnya berulang-ulang. Sungguh sepakat, yang disampaikan ustad sangat related. Tiga point ada disampaikan di konten tersebut, ketiga- tiganya saya aminkan.

sumber gambar ; dokpri
sumber gambar ; dokpri

Soal jodoh cerminan diri, rasanya sejalan anjuran menikah dengan sekufu/ sepadan. Kesepadanan suami istri, membuat pasangan memiliki kesamaan di pemikiran. 

Dan point suami istri sebagai pelengkap, dari kesamaan akan timbul naluri melengkapi. Merujuk sebuah ayat di surat Al Baqarah (ayat 187), bahwa istri pakaian suami dan sebaliknya.

Nah, soal jodoh adalah ujian sangat benar adanya. Dulu ada teman di kantor lama, ibu yang rajin ibadah dengan suami yang pemalas sholat. Saat pengajian si ibu curhat ke ustad, tentang kebiasaan sang suami. Yaitu kerap marah meluapkan emosi, sifat egoisnya mengemuka.

Menurut ustad, bisa jadi ada maksud baik Alloh mempertemukan si ibu dengan suami yang malas ibadah. Supaya menjadi ladang pahala ibu, mengingatkan dan mengajak suami agar rajin ibadah. Kemungkinan di ibu merasa berat atau tidak kuat, tetapi di situlah ujian sedang bekerja.

Dan yang perlu diingat, bahwa seorang hamba diuji tidak melampaui kemampuannya. Maka Alloh Maha Tahu, kekuatan hamba yang diuji. Termasuk ujian sabar, pasti bisa dilampaui si ibu.

Termasuk setiap kita, dipertemukan jodoh dengan tiga point di atas. Kompasianer's, sebisa mungkin pertahankan pernikahan.

Selama proses yang ditempuh, tidak melenceng dari norma agama. Niscaya pasangan (istri/suami) dinikahi, sangat bisa menjadi jalan menuju kebaikan. Ujian sabar di pernikahan, tak melampaui kemampuan manusia itu sendiri. 

Kemungkinan Jodoh Itu Cerminan Diri atau Pelengkap Diri

"Wanita baik untuk laki-laki baik dan lelaki baik untuk wanita yang baik" QS An-Nur ; 26

Hukum semesta sejatinya berlaku sedemikian adilnya, bagi yang meng-ingini sesuatu semestinya memulai dari diri sendiri.

Misalnya lelaki ingin memiliki istri yang baik, maka diri sendiri mesti mulai mem-baik-kan diri. Demikian pula berlaku sebaliknya, perempuan ingin suami soleh.

Ketika seseorang belajar pada hal-hal baik, akan berkumpul dengan orang baik, bergaul di lingkungan yang baik. Maka dalam keseharian, ada sering bertemu berinteraksi dengan orang-orang yang berada di lingkaran tersebut.

Dan sangat besar kemungkinan, terbuka peluang dekat dan cocok dengan salah satu teman di srikel tersebut. Secara langsung atau tidak masuk fase saling menjajaki, menemukan kecocokan dan kesepadanan. 

Meski demikian, soal jodoh tetaplah sebuah misteri Illahi. Lagi-lagi tugas manusia, adalah sebatas usaha semaksimal-nya.

dokpri
dokpri

Kompasianer's, dalam hidup ini tidak yang selalu berlaku sempurna. Jodoh atau pasangan pasti ada kekurangan dan kelebihannya, ada kala sikapnya menyenangkan pun kadang menyebalkan. Demikian pula kita sendiri, dengan segala kelemahan dan aib.

Jodoh hadir bukan hanya mencerminkan diri, tetapi melengkapi yang kurang dari diri sendiri. Ketika yang satu lemah, yang lain dikuatkan. Mari berdamai satu sama lain, menerima kebaikan atau kekurangan pasangan.

Ketika yang satu hilang arah, seyogyanya pasanganlah yang menjadi pamandu. Begitu seterusnya, sebuah kebersamaan di pernikahan akan melewati badai dan coba. Semoga teman-teman semua sakinah, sehidup sesurga bersama belahan jiwa tercinta.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun