Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menikah Itu adalah Tentang Menerima

10 September 2024   09:59 Diperbarui: 10 September 2024   11:24 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat-sangat sepakat, pada kalimat "menerima pasangan secara utuh". Karena setiap orang dihadirkan sepaket, ya ada baiknya dan ada tidak baiknya. Yang baik diperbanyak, yang tidak baik sebisa mungkin disedikitkan.

Selama yang tidak baik masih bisa ditolerir, sebaiknya janganlah diperbesar. Karena diri sendiri sama adanya, punya hal baik dan sebaliknya. Manusia tempatnya salah. So, sewajarnya saja menyikapi perbedaan.

Menikah Itu adalah Tentang Menerima

Saya bersyukur, memiliki role model dalam berumah tangga. Adalah ayah dan ibu kandung, yang telah bersama hingga usia 46 tahun pernikahan. Mereka terpisahkan maut, ayah meninggal di usia 70 tahun.

Saat ayah masih ada, ibu pernah berujar ingin merayakan pernikahan emas (empat tahun lagi). Ayah nyeletuk, "kok sik suwi men---kok masih lama banget---yo bu". Entahlah, mungkin jawaban itu sebuah pertanda.

Bagi saya, ayah dan ibu adalah dua karakter jauh berbeda. Tetapi uniknya, bisa saling mengisi bisa saling melengkapi.

Ibu cenderung keras kepala,  tidak sabaran, dan kalau sudah kemauan maka gigih sekali mewujudkan. Sedangkan sikap ayah cenderung kalem, tidak meledak-ledak, dan bisa menjadi penyeimbang kekerasan istrinya.

dokpri
dokpri

Ayah yang guru SD, hidupnya lempeng apa adanya dan nrimo. Lebih banyak diam, bahkan ke kami anak-anaknya jarang bicara. Dari cerita ibu (setelah ayah meninggal), baru saya ketahui musababanya.

Pada akhir tahun 60-an, ayah sempat berobat jalan ke RSJ. Ketika itu nama ayah difitnah,  dikaitkan dengan partai terlarang saat itu.  Berbulan-bulan ayah tidak tenang hidupnya, terkena teror dan diburu aparat. Kondisi yang tidak kondusif, berpengaruh pada kejiawaannya.

Di masa-masa sedemikian pelik, ibu setia mendampingi. Ayah diungsikan ke rumah saudara di luar kota, menjalani rawat jalan ke RSJ. Ibu yang ibu rumah tangga, menghidupi diri dan dua anak balita. Setelah kondisi mulai kondusif, kejiwaan ayah pulih dan pulang ke rumah.

Siapa nyana, buah dari kejadian memilukan itu. Ikatan suami istri semakin terkuatkan, ibu teruji dalam kesetiaan. Dan ayah yang mulai menata diri, semakin sayang pada keluarga. Meski menjadi lebih pendiam, tetapi ayah adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun