Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kebahagiaan Rumah Tangga (Idealnya) Diawali oleh Suami

17 Juli 2024   15:33 Diperbarui: 17 Juli 2024   17:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dari laman medsos, saya mendapati konten yang menarik. Membahas hubungan suami istri, yang (sangat mungkin) terinspirasi dari Qur'an dan hadist. Perihal kedudukan laki-laki sebagai kepala keluarga, yang nyatanya memang pertama dan utama.

Jujurly, saya merasakan sendiri. Sungguh luar biasa, challenging-nya menjadi ayah. Musti rela mengalahkan ego, mengedepankan kepentingan istri dan anak-anak. Idealnya ayah, menjadi garda terdepan sebuah rumah tangga.

Sedemikian utamanya peran ayah, hingga Qur'an menjelaskan secara khusus di surat An-Nisa' ; 34, "laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri)".

Berbahagialah para ayah, Qur'an telah memercayai kalian sedemikian rupa. Berarti pada diri para ayah, telah dianugrahi kemampuan menunaikan tugas mulia. Suami adalah qowam (pemimpin) bagi istri, dipundaknya ada tanggung jawab soal nafkah.

Suami yang teguh dengan kemanahan, niscaya akan dinaikan derajad. Segala tugas yang dijalankan dengan sungguh, seumpama menjadi jalan jihad.

Maka berbahagialah para suami, segala jerih payah tak akan ada yang sia-sia. Asalkan para suami, menjalani dengan sepenuh tanggung jawab. Sebisanya, semampunya.

----

Kebahagiaan rumah tangga itu tidak diawali dari istri, tapi... diawali dari suami.

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang paling baik diantara kalian, adalah orang yang paling baik kepada istrinya"

Karena itu, istri adalah feedback dari suami. Jika ingin istri selalu tersenyum, maka suami harus membuat istri tersenyum duluan.

Jika suami ingin istri penuh pengorbanan untuk rumah tangganya, maka suami harus membuktikan terlebih dahulu pengorbanannya untuk istri dan anak-anaknya

Source ; tiktok

sumber gambar ; tangkapan layar- dokpri
sumber gambar ; tangkapan layar- dokpri

Kebahagiaan Rumah Tangga (Idealnya) Diawali oleh Suami

Konten di medsos tersebut, (sesungguhnya) benar-benar menjadi nasehat buat saya pribadi. Saya ayah dan suami, yang sangat banyak kekurangannya. Kerap merasa paling benar, karena merasa berkuasa di rumah.

Maka tak terhitung sudah, berapa kali telah membuat istri menangis. Entah dengan ucapan atau sikap, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Dan dari air mata itulah, membuat rasa merana hinggap di hati istri.

-----

dokpri
dokpri

Ada satu moment, yang tidak bakalan saya lupakan seumur hidup. Adalah moment ijab qobul, dihadapan ayah mertua disaksikan sanak kerabat dan handai taulan. Moment sakral tersebut, ibarat serah terima tanggung jawab.

Adalah ayah melepaskan anak perempuan, diserahkan kepada lelaki pilihan anaknya (adalah saya). Tentu bukan hal yang mudah, karena lelaki tersebut notabene orang lain. Orang yang baru beberapa bulan dikenal, tiba-tiba diserahi untuk melindungi anak kesayangan (ayah tersebut).

Bagi saya, ikrar saat ijab kabul. Adalah janji kepada Sang Khaliq, dipersaksikan orang-orang yang sayang pada calon istri (kala itu). Ikrar yang tidak main-main, dengan pertanggungjawaban dunia akhirat. Saya musti bersikap gentelman, dengan cara menepati janji tersebut.

Nyatanya, menunaikan janji ijab bukanlah perkara mudah. Saya musti melewati aral rintangan, situasi kondisi yang terus menguji pertahanan diri. Terutama ketika masa sempit datang, saat harap yang dihunjam di doa tak juga tiba. Saya sempat merasa, menjadi orang yang terpuruk ketika itu. Meski segala daya dikerahkan, meski segala upaya telah dipersembahkan. Tetapi lorong gelap, rasanya belum menemui ujung.

dokpri
dokpri

Tetapi bukankah, setiap orang hidup dengan jalan takdirnya masing-masing. Dan bahwa ujian yang dihadapi, tidaklah melebih batas kemampuan manusia itu sendiri. Maka bagi ayah yang ujiannya hebat, berarti kalian dipercaya kehidupan dengan kekuatan yang lebih hebat.

Masa paceklik para ayah, sangat bisa menjadi kesempatan pembuktian. Bahwa kalian tetap menjalankan keamanahan, dengan tetap berupaya sebaik-baiknya. Yaitu menciptakan kebahagiaan bagi istri, dengan sebisa usaha. Tetap menumbuhkan senyum di bibir istri, meski diri sedang merana.

Dengan berlaku demikian, kalian telah meneladani Kanjeng Nabi. Yaitu menjadi sebaik-baik laki-laki, yaitu yang paling baik kepada istrinya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun