Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bahkan Sekadar Membatin pun Berhati-hatilah

30 Juni 2024   15:15 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:05 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu kisah abadi, terpahat di sepanjang sejarah umat manusia. Adalah kisah Nabiyullah Ibrahim, bersama putranya, Nabi Ismail AS. Kisah yang kemudian, diperingati umat muslim sedunia, dengan hari raya Idul Adha.

Hikmah besar dibalik peristiwa dahsyat ini, adalah tentang keikhlasan yang paripurna. Ikhlas lahir ikhlas batin, sangat sulit diterapkan sembarang orang.

Tentang pengorbanan dan keberserahan, yang diteladan Nabi penghulu para Nabi,. Ikhlas tidak hanya tindak laku, tetapi ikhlas sampai batin yang terdalam. Keikhlasan yang telah teruji, baik dalam perbuatan, ucapan, pikiran sampai ikhlas dalam kalbu.

Memotivasi saya fakir ilmu, berhati-hati bahkan meski membatin.

-----

Nabi Ibrahim, manusia pilihan yang sangat luar biasa. Perjalanan hidupnya penuh ujian berat, semenjak kecil sampai berusia lanjut. Ketangguhan imannya terbukti, segala tantangan berhasil dijalani.

Masa kanak, diuji dengan ayah-nya yang pembuat berhala. Segala upaya dikerahkan, untuk menyelematkan si ayah dari kemunkaran. Apa daya hidayah, menjadi hak prerogatif sang Khaliq semata.

Ibrahim muda, menghadapi ujian yang tak kalah dahsyat. Penentangannya, musti dibayar dengan dibakar. Lagi-lagi terselamatkan, karena pasrah dan sikap gentarnya.

Setelah menikahi Siti Sarah, tak kunjung dikaruniai buah hati. Kemudian didesak Sarah, menikahi budak-nya (Siti Hajar). Tak berlama selang, hadirlah buah hati Ismail.

Kecemburuan istri pertama tak tertahankan, hingga Ibrahim mengungsikan Hajar dan Ismail. Ujian hebat datang lagi, Alloh menguji dengan penyembelihan. Buah cinta yang ditunggu lama, musti dikorbankan.

Keduanya ayah dan anak ikhlas, mentaati perintah Rabb pemilik semesta alam. Sampai keajaiban terjadi, dihadirkan domba menjadi pengganti. Kurban penyembelihan, yang sebagaimana dicontoh hingga umat masa kini.

dokpri
dokpri

Point sangat penting bisa dipetik, bahwa ikhlas lahir batin sangat berpengaruh. Nabi Ibrahim totaly berserah, tak sebersit keraguan menyelinap. Batin yang bersih dan tulus, hingga lulus dan loloslah dari lubang jarum.

Kita manusia awam, sering tak lolos dari bersitan niat atau batin. Memasang muka manis, tetapi batinnya menyimpan prasangka buruk. Tak ayal lebih sering gagal, mengelola diri mendapatkan hadiah kemuliaan.  

Bahkan Sekadar Membatinpun Berhati -hatilah

Saya punya kenalan, yang tidak terlalu akrab. Sama-sama tahu wajah dan nama, tapi minim ketemu dan memiliki irisan kejadian yang sama. Interaksi hanya sesekali, bahkan bisa dihitung jari.

Tetapi saya hapal, kebiasaan interkasi meski terbilang sangat jarang ini. Kenalain ini biasa wapri, kalau ada yang hal mau ditanyakan. Dan yang disampaikan seragam, yaitu menyangkut job online disebar di group WA.

Mula-mula dengan senang hati saya menjelaskan, tetapi lama-lama menjadi bosan. Padahal di group job, sudah jelas tentang jobdesk lengkap dengan briefnya.

Lama tidak nge-job bareng, suatu waktu teman ini menghubungi. Karena sudah menabak kebiasaan, saya tidak lekas merespon. Palingan, soal job online, begitu batin ini menebak.

dokpri
dokpri

Setelah sekian waktu tidak dipedulikan, muncul perasaan tidak enak. Saya membalas sekadarnya, sambil siap-siap menghindar kalau wapri berlanjut. Tetapi, perkiraan saya seratus persen salah.

Rupanya kenalan ini, menawari saya pekerjaan baru. Yaitu membuat review kuliner, sekaligus menyebutkan benefit-nya termasuk besaran fee.

Sungguh, saya seperti dipukul telak, akan kenyataan yang ada . Meski masih sebatas membatin, ternyata prasangka buruk itu telah menguasai. Kejadian yang memalukan diri sendiri, sekaligus menjadi bahan introspeksi.

-----

Soal batin membatin, saya juga pernah berprasangka pada orang lain. Saat dicurhati masalah keuangan, masalah kesempitan sedang dihadapi. Pun masalah masalah absurd, yang saya belum mengalami.

Di benak ini, seperti ada bisikan tidak percaya. Masak sampai tidak punya uang sama sekali, padahal kan suami istri bekerja. Masak sampai terlilit utang, padahal ada keluarga berkecukupan. Masak tidak bisa makan, padahal kan ini dan itu dan seterusnya.

dokpri
dokpri

Masa pandemi membawa dampak tak disangka, saya dan keluarga mendapatkan ujian. Yaitu anak sakit, setelah sembuh ganti istri sakit. Setelah keduanya sembuh, saya sakit lumayan kepayahan. Pekerjaan sedang sepi, tabungan terkuras untuk berobat.

Apa yang pernah saya batin, apa yang saya sangsikan pada teman-teman. Saat itu saya alami sendiri, saat itu rasakan sendiri. Saldo di rekening yang menipis, kesempitan dialami ketika itu.

Entahlah, saya seperti dipukul dengan kejadian. Sekaligus dibukakan pintu pembelajaran, untuk menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Menjaga prasangka baik, dengan sesama manusia apalagi dengan Alloh SWT.

Soal ketulusan dan keikhlasan, saya sangat jauh bahkan tak ada seujung kuku Nabiyullah Ibrahim. Saya masih memendam niat dan prasangka buruk, saya belum seratus persen tulus berkawan. Dan ini, menjadi PR besar di sisa usia yang ada.

Bahkan sekadar membatinpun, berhati-hatilah. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun