Sungguh, saya seperti dipukul telak, akan kenyataan yang ada . Meski masih sebatas membatin, ternyata prasangka buruk itu telah menguasai. Kejadian yang memalukan diri sendiri, sekaligus menjadi bahan introspeksi.
-----
Soal batin membatin, saya juga pernah berprasangka pada orang lain. Saat dicurhati masalah keuangan, masalah kesempitan sedang dihadapi. Pun masalah masalah absurd, yang saya belum mengalami.
Di benak ini, seperti ada bisikan tidak percaya. Masak sampai tidak punya uang sama sekali, padahal kan suami istri bekerja. Masak sampai terlilit utang, padahal ada keluarga berkecukupan. Masak tidak bisa makan, padahal kan ini dan itu dan seterusnya.
Masa pandemi membawa dampak tak disangka, saya dan keluarga mendapatkan ujian. Yaitu anak sakit, setelah sembuh ganti istri sakit. Setelah keduanya sembuh, saya sakit lumayan kepayahan. Pekerjaan sedang sepi, tabungan terkuras untuk berobat.
Apa yang pernah saya batin, apa yang saya sangsikan pada teman-teman. Saat itu saya alami sendiri, saat itu rasakan sendiri. Saldo di rekening yang menipis, kesempitan dialami ketika itu.
Entahlah, saya seperti dipukul dengan kejadian. Sekaligus dibukakan pintu pembelajaran, untuk menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Menjaga prasangka baik, dengan sesama manusia apalagi dengan Alloh SWT.
Soal ketulusan dan keikhlasan, saya sangat jauh bahkan tak ada seujung kuku Nabiyullah Ibrahim. Saya masih memendam niat dan prasangka buruk, saya belum seratus persen tulus berkawan. Dan ini, menjadi PR besar di sisa usia yang ada.
Bahkan sekadar membatinpun, berhati-hatilah. Semoga bermanfaat.