Saya pernah satu team dengan beliau, ketika mengerjakan iklan satu Pemda di Sumatera. Satu hari kami meeting marathon, dengan tiga kolega yang berbeda. Demi kepraktisan diaturlah meeting di mall, berpindah di tiga caffe berbeda dengan jadwal berurutan.
Meeting pertama jam sepuluh di Caffe A, jam makan siang meeting kedua. Menjelang ashar pindah caffe untuk meeting ketiga, selesai sekitar jam tujuh malam. Di sela-sela pergantian meeting saya ijin, ke musholla mall untuk duhur dan ashar.
Saya merasakan capek, meskipun hanya pindah lantai di mall yang sama. Perut rasanya kenyang, saking minim gerak dan banyak duduk. Alhamdulillah, hasilnya seperti diharapkan. Project iklan berjalan lancar, sampai lunas pembayaran.
Dan setelah project itu, kami jarang ketemu. Bapak satu ini sibuk dengan project di media lain, saya pun memprospek klient berikutnya. Nyaris dua tahun putus komunikasi, tiba-tiba ada nomor yang masuk ke HP saya.
Setelah diangkat saya familiar dengan suara-nya, yaitu bapak yang sering ajak meeting di caffe. Setelah basa-basi kami membuat janji, akhir pekan ketemuan di sebuah mall di daerah Ciledug.
Di hari ditentukan saya dibuat kaget, meski kekagetan itu disembunyikan. Melihat badan yang dulunya gagah, telah menjadi kurus kering. Wajah yang dulunya ganteng, tampak lebih tua dari umur sebenarnya. Dari cerita disampaikan, si bapak telah bangkrut dan sudah bercerai.
----
Bahwa peribahasa "setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya", bukan sekedar isapan jempol. Kalimat itu nyata adanya, terbukti di kehidupan sehari-hari. Siapapun sangat bisa mengalami, termasuk diri sendiri termasuk yang menulis ini.
Saya pernah berada di situasi, jalan menjemput rejeki rasanya dibuka dan dimudahkan. Ada budget untuk menabung, membelikan anak dan istri, tak perlu terlalu berhitung sedemikian lama. Dan sayapun pernah merasakan, di situasi mentok di sana-sini. Musti sebegitu berhemat, agar tabungan yang dipunya bisa mengcover kebutuhan keluarga.
Dan di kondisi demikian, menyadarkan kesementaraan dunia fana ini. Sendang dan sedih hanya bersandingan, lapang dan sempit berjarak sedepa saja. Lagi dan lagi, kita musti tetap rendah hati dan tak mudah terbawa keadaan.