Kompasianer yang usia paruh baya, berarti kita sepantaran, sehat-sehat selalu ya, aamiin. Seusia kita nih, besar kemungkinan telah melewati aneka situasi dan atau keadaan. Seneng atau sedih pernah dirasa, nyesek atau lapang juga pernah menjelma. Mungkin juga pernah ditinggal untuk selamanya, oleh orang yang sangat dihormati dan disayangi.
Ragam keadaan kehidupan, niscaya dinikmati orang dengan usia paruh baya. Kelahiran 90-an ke bawah, kebanyakan sudah berumah tangga. Dengan anak-anak yang beranjak besar, butuh biaya sekolah tak sedikit.
Sementara di waktu yang sama, sedang berada di situasi yang sempit. Sehingga linglung dan limbung, seolah berjalan tanpa pegangan yang kokoh.
Sungguh, kehidupan ini sebegitu dahsyatnya. Segala macam peristiwa ada, dan pergiliran atau pergantian datangnya tak bisa dinyana. Menuntut kita, setiap saat berjaga-jaga.
------
Seiring bertambahnya usia, saya semakin membenarkan istilah roda berputar. Bahwa perputaran keadaan itu nyata, dan membuktikan tak ada yang abadi di dunia.
Yang semula sehat akan berganti sakit, demikian juga sebaliknya. Yang tadinya jatuh akan bangkit, pun sebaliknya. Pergiliran kehidupan menyampaikan hikmah, agar manusia terus berhati-hati. Tak mudah jumawa saat di atas, tak gampang patah arang saat di bawah.
Kuncinya sabar. Sabar yang tak bertepi, meski itu tidaklah mudah.
Setiap Orang Ada Masanya Setiap Masa Ada Orangnya
Sewaktu masih jadi orang kantoran, saya punya kolega yang tajir mlintir. Orang berdarah chinise papua, menggawangi sebuah agency periklanan. Saya akui beliau termasuk royal, tak pelit dan suka mentraktir (apalagi kalau sudah kenal baik).