Lamat-lamat terlintas di ingatan, kejadian puasa sewaktu saya masih kecil. Saking ngantuknya, pernah ketiduran saat makan sahur. Ya, ditengah-tengah makan saya ketiduran.
Seingat saya, entah sedang minum atau menguyah makanan. Mata ini berat banget, sampai saya tidak bisa menahan kantuk. Alhasil setelah makanan masuk ke mulut, sambil menguyah mata merem lalu bablas ketiduran.
Saya tidak terlalu ingat, Â apa alasan ibu, ayah atau kakak tidak membangunkan. Tau-tau ketika mata melek, matahari sudah terbit. Piring makan masih di meja ruang tamu, berhadapan kursi panjang tempat saya tidur. Selain sahur yang kelewatan, waktu sholat subuh-pun kebablasan.
Di dalam mulut masih ada sisa makanan, karena belum semua makanan dikunyah dan masuk lambung. Al hasil puasa di hari itu, ada rasa tidak nyaman di mulut. Meski sudah kumur, aroma tidak sedap itu tak bisa dihilangkan.
--
Membaca, meresapi perjalanan hidup Kanjeng Nabi, memang sangat mengesankan. Selain penuh suri tauladan, kisah beliau relate sampai umat akhir jaman. Kebiasaan Baginda Nabi (sunnah), sejatinya berdampak baik apabila diikuti. Memiliki multi efek, yang bisa dirasakan di kemudian hari. Termasuk sunnah Nabi, tentang makan dan minum.
Seperti Kompasianer's baca di kisah Rasulullah, beliau makan setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Hal ini bisa menjadi keteladanan, bahwa (makan) yang berlebihan tidaklah baik.
Kemudian kanjeng Nabi, diriwayatkan mengunyah makanan sampai 40 kali. Makan tidak sambil berdiri, setelah ditilik dari kesehatan (makan sambil berdiri) memang tidak baik. Rasulullah gemar berpuasa, yang bisa diartikan menyedikitkan makan.
Kita umat akhir jaman, yang tak terbilang banyaknya dosa. Coba mau mencontoh satu saja, misalnya tentang menyedikitkan makan. Tentu hasilnya juga bisa dirasakan, selain tubuh lebih enteng (tidak gemuk), kebersihan mulut terjaga otomatis lebih sehat.
Mulut Bersih Mulut Sehat Saat Berpuasa
Sebelum diet (tahun 2016), di bagian belakang mulut (nempel di gusi) saya ada benjolan kecil. Kalau dipegang kenyal, tidak sakit kalau dipencet. Hanya kalau bibir ini mingkem, di bagian belakang ada yang mengganjal. Gigi paling ujung, seperti terdorong daging.
Kemudian saat mulai diet, pola makan saya berubah drastis. Porsi makan menjadi sedikit, dengan memilih asupan kaya serat. Saya sangat akrab, makan dengan buah, sayur, umbi-umbian. Selain mengubah jenis makanan, mindset juga mesti diperbaiki.
Saya yang sebelumnya gemar es campur, kini lebih suka minum kelapa muda murni. Yang biasanya suka gorengan, diganti makanan direbus (dimsum, somay, dsb). Saya yang biasa mager, lebih suka naik transportasi umum lanjut jalan kaki. Memang butuh konsistensi, dan cobaan berat itu selalu menghampiri.Â
Bulan ke enam diet, saya merasakan sesuatu yang baru di dalam mulut. Bahwa benjolan kecil di bagian belakang (nempel gusi), sudah kempes dan hilang. Kalau sedang mingkem biasanya ada ganjalan, sejak saat itu tidak ada lagi. Sungguh menyenangkan, bahwa makan sedikit (baca diet) membawa dampak baik.
Dan karena yang dimakan, aadalah asupan kaya serat seperti sayur dan buah. Maka di permukaan lidah terasa kesat, minim warna putih yang biasa menempel di lidah. Kemudian mulut terasa bersih, aromanya tidak menyengat. Btw, saya tetap rajin gosok gigi ya.
Sejak saat itu, saya seperti menemukan kesimpulan dari pengalaman pribadi. Bahwa mulut bersih dan sehat, sangat bisa diupayakan oleh diri sendiri. Caranya mudah, hanya butuh keteukan dan konsistensi. Adalah makan jangan berlebihan, memilih jenis asupan yang sehat. Jangan lupa, menjaga kebersihan mulut, seperti berkumur, gosok gigi, membersihkan lidah.
----
Saya sangat sadar, di usia saya yang menuju setengah abad. Â Musti banyak-banyak menjaga diri, entah dalam bersikap, berucap, memutuskan sesuatu, termasuk menjaga makanan. Saya ingat pepatah, dirimu seperti apa yang kamu makan. Kalau makanan sehat, tentunya akan membuat diri sehat, dan sebaliknya. Apalagi sebelum puasa, bobot badan sempat naik dan juga pernah sakit.
Maka Ramadan ini, saya ingin me-reminder lagi kebiasaan saat awal diet delapan tahun lalu. Berbuka dan sahur, dengan singkong, ubi, kurma, dan asupan kaya serat. Selama 17 hari Ramadan, saya hanya beberapa kali makan nasi dengan porsi kecil - hanya beberapa suap.
Alhamdulillah, perlahan bobot tubuh mulai terkontrol dan otw target agar di angka ideal. Dan efek dari sedikit makan, maka gigi dan mulut terasa bersih membuat pede di siang hari. Saya gosok gigi, malam sebelum tidur dan setelah sahur. Kebersihan mulut dan aromanya terjaga, dan mulut sehat menjadi akibat.
Sekiranya Kompasianer's penasaran, silakan mencoba. Dan kapan-kapan, bisa berbagi pengalaman melalui tulisan ya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H