Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Serunya Menjadi Petugas KPPS

15 Februari 2024   13:47 Diperbarui: 16 Februari 2024   00:45 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya termasuk tipe orang, males gontok-gontokan di medsos. Soal beda pilihan paslon Presiden dan Wapres, nyinyirin visi misi saat kampanye dan lain sebagainya. Saya berpikir jangka panjang, menjaga pertemanan dan (lebih suka) merawat kenyamanan bersama.

Milih ya milih, nyoblos ya nyoblos, diem-diem saja. Toh, saya bukan buzzer. Saya bukan timses, yang mendapat bayaran dari membela pilihan saya.

Kalau saya memilih anteng- antengan, tetapi turut aktif di kegiatan pesta demokrasi. Sesuai kemampuan, sebagai bukti saya tetap antusias. Salah satunya, adalah bersedia terlibat menjadi petugas KPPS di lingkungan terdekat.

Bisa menjadi lebih dekat dengan tetangga, sehingga keberadaan saya diakui. Mengingat saya adalah pendatang, belum semua warga kenal atau familiar. Apalagi warga yang sudah sepuh, tinggal sejak perumahan didirikan (awal 80-an).

Belakangan juga banyak warga baru, tinggal di blok yang baru dibangun. Mereka yang datang kebanyakan keluarga baru, lebih muda beberapa tahun dibanding saya. Bener deh, aktif di kegiatan lingkungan (saya rasakan) membawa banyak keuntungan.

Jadi makin akrab, saling mengenal, dan punya alasan bertegur sapa di kemudian hari. Sebelum sebelumnya, saya juga rajin ikut kerja bakti, dan berjamaah di masjid. Etapi, meski demikian, saya tidak begitu tertarik menjadi Pak RT---Istri tidak mendukung sama sekali, hehehe.

----

Di Pemilu 2024, menjadi pemilu ketiga saya menjadi petugas KPPS. Setelah sebelumnya sebagai Petugas KPPS, di Pemilu 2019 dan di Pilkada dilaksanakan saat pandemi berlangsung. Dan di tiga Pemilu tersebut, sebenarnya saya tidak mengajukan diri menjadi Petugas KPPS.

Dua pemilu 2019 saya ditawari Pak RT, yang rumahnya persis di depan rumah saya. Gegara saya lumayan aktif, setiap ada kegiatan warga. Saya menyanggupi, selain tidak enak menolak juga kesempatan bersosialisasi. Lumayan juga, mendapat uang saku harian.

Pada Pemilu 2024, sebenarnya saya enggan mendaftar. Cukuplah dua kali menjadi petugas KPPS, biar yang lebih muda menggantikan. Tetapi tiba-tiba saya diwapri ketua KPPS, menggantikan calon petugas KPPS yang mengundurkan diri.

Saya menyanggupi, setelah melihat dan membaca nama-nama petugas yang belum saya kenal. Mereka anak-anak muda, umurnya separuh umur saya. Setelah kenal mereka memanggil saya, dengan sebutan "Om". Sesekali ada yang keceplosan memanggil "Mas". Saya justru seneng dan sama sekali tidak masalah.

Serunya Menjadi Petugas KPPS Pemilu 2024

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Pagi di 14 Februari 2023, hujan deras selepas sholat subuh. Karena Ketua KPPS mengumumkan, kami kumpul setengah enam. Maka apapun keadaannya, saya bersikeras berangkat. Bersiap-siap, menata Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Langit mulai terang, saksi Partai dan petugas Bawaslu sudah datang. Maka sesuai jadwal, setengah delapan diadakan seremonial. Yaitu pengucapan sumpah, pembacaan peraturan dan doa bersama. Beruntung, hujan mulai reda dan warga berdatangan.

Sebagai Petugas KPPS 2, tugas saya adalah menyiapkan lima surat suara. Duduk di sebelah Ketua KPPS, menulis isian di bagian cover surat suara. Tangan meski siap-siap pegal, ada ratusan kertas suara musti ditulisi.

Nyaris tak bisa beranjak kemana-mana, minum dan nyamil disambi menulis. Beranjak siang, semakin banyak warga yang antri. Jari jari semakin pegal, sesekali saya lemaskan biar tidak capek. Tepat selepas duhur, antrean mulai lengang.

Sesuai aturan KPU, jam 13.00 pemungutan suara ditutup dan kami ishoma (istirahat, sholat, makan) bergantian. Dan ada drama, atap tenda kami ambrol, karena tak kuat menahan air hujan sisa tadi pagi.

Beruntungnya, sudah selesai pencoblosan, kotak dan surat suara selamat dari air. Kami lanjutkan sesi penghitungan suara, dan ini membutuhkan waktu yang panjang. Sampai larut malam, diteruskan rekapnya sampai lewat hari.

Seneng, capek, tapi bangga. Saya yang bukan siapa-siapa, yang rakyat kecil dan tak bergelar apa-apa, bisa berkontribusi untuk negeri tercinta. Meski yang saya lakukan, ibarat debu. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun