Saya menyanggupi, setelah melihat dan membaca nama-nama petugas yang belum saya kenal. Mereka anak-anak muda, umurnya separuh umur saya. Setelah kenal mereka memanggil saya, dengan sebutan "Om". Sesekali ada yang keceplosan memanggil "Mas". Saya justru seneng dan sama sekali tidak masalah.
Serunya Menjadi Petugas KPPS Pemilu 2024
Pagi di 14 Februari 2023, hujan deras selepas sholat subuh. Karena Ketua KPPS mengumumkan, kami kumpul setengah enam. Maka apapun keadaannya, saya bersikeras berangkat. Bersiap-siap, menata Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Langit mulai terang, saksi Partai dan petugas Bawaslu sudah datang. Maka sesuai jadwal, setengah delapan diadakan seremonial. Yaitu pengucapan sumpah, pembacaan peraturan dan doa bersama. Beruntung, hujan mulai reda dan warga berdatangan.
Sebagai Petugas KPPS 2, tugas saya adalah menyiapkan lima surat suara. Duduk di sebelah Ketua KPPS, menulis isian di bagian cover surat suara. Tangan meski siap-siap pegal, ada ratusan kertas suara musti ditulisi.
Nyaris tak bisa beranjak kemana-mana, minum dan nyamil disambi menulis. Beranjak siang, semakin banyak warga yang antri. Jari jari semakin pegal, sesekali saya lemaskan biar tidak capek. Tepat selepas duhur, antrean mulai lengang.
Sesuai aturan KPU, jam 13.00 pemungutan suara ditutup dan kami ishoma (istirahat, sholat, makan) bergantian. Dan ada drama, atap tenda kami ambrol, karena tak kuat menahan air hujan sisa tadi pagi.
Beruntungnya, sudah selesai pencoblosan, kotak dan surat suara selamat dari air. Kami lanjutkan sesi penghitungan suara, dan ini membutuhkan waktu yang panjang. Sampai larut malam, diteruskan rekapnya sampai lewat hari.
Seneng, capek, tapi bangga. Saya yang bukan siapa-siapa, yang rakyat kecil dan tak bergelar apa-apa, bisa berkontribusi untuk negeri tercinta. Meski yang saya lakukan, ibarat debu. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H