Kompasianer's, yakinlah, tidak ada kehidupan yang jalannya bertabur mawar mewangi. Pasti ada tantangannya, pasti akan melewati naik turun dan masa penuh uji coba. Pernikahan tidak terus berjalan mulus, kerikil kerikil itu akan ada.
Demikian takaran hidup diberlakukan, agar keseimbangan kehidupan terwujud. Bahwa pergiliran keadaan nyata adanya, bahwa roda (kehidupan) berputar adalah sebuah fakta.
Banyak contoh yang terjadi di sekitar, orang yang dulunya jaya kemudian berbalik seratus delapan puluh derajat. Sementara yang semula nestapa, tau tau sampai juga di masa kegemilangan.
Sungguh semua keadaan, sangat bisa berubah sedemikian dratis dan tiba-tiba. Siap tidak siap, menolak atau menerima, setiap orang berada di ketidakpastian. DI sinilah pentingnya terus waspada, tidak menggampangkan masalah.
Karena apapun yang terjadi, sejatinya (tidak lebih) sebagai sebuah ujian kehidupan. Guna membentuk manusia, menjadi pribadi yang lebih arif dan bijaksana. Sehingga proses demi proses itu, bisa menjadikan kualitas seseorang terupgrade.
Bakalan merugi bagi orang lalai, yang tidak mendapati apa-apa dari setiap kejadian. Ketika pelajaran demi pelajaran telah dialami, tak mengubah apapun. Kedewasaannya tak terbangun, setelah kejatuhan apalagi kebangkitan. Sungguh, memprihatinkan.
-----
Pun, dalam kehidupan pernikahan. Tak lepas dari batu ujian, masalah random bisa menghampiri kapanpun tanpa dinyana. Ujian tentang kesetiaan, ujian tetang bertahan di tengah badai dan gempuran.
Dan hari-hari di kehidupan pernikahan, adalah masa masa pembuktian ikrar saat ijab qobul diucapkan. Â Pembuktian seberapa tangguh, kuda-kuda itu kuat dan kokoh bertahan. Pembuktian seberapa kuat, pasangan menjadi komitmen dan selalu menjalankan.
Sehingga suami istri sedang diuji, menjadi saling membutuhkan dan melengkapi. Kemudian bisa diteladani anak-anak, yang kemudian menjadikan generasi yang lebih baik.