Kompasianer's, mari berpikir jernih sebelum bertindak. Betapa sama sekali tidak ada untungnya, bertanya kapan nikah. Menikahnya teman atau kenalan, sama sekali tidak berdampak pada si penanya.
Apalagi yang ditanya, sekadar teman yang kenal sekilas. Bertanya pada tetangga, ketemunya sesekali dan sekedar sapa. Atau pada saudara sudah dewasa, masing-masing punya tanggung jawab dan urusan sendiri.
Please, tidak usah usil dan julid. Sikap tidak terpuji itu, cepat atau lambat akan merugikan diri sendiri. Yang ada, si penanya dijauhi. Susah mendapat pertemanan yang sehat, berkurang orang untuk diajak seseruan.
Kecuali jomlowan/ wati, membuka diri dinasehati. Artinya kita dipercaya, menjadi teman ngobrol, diskusi dan mencari solusi. Kepercayaan ini jangan sampai dikhianati, musti dijaga dengan sebaik-baiknya.
Bertanya hanya saat situasi memungkinkan, di tempat yang kondusif dan aman. Â Menunjukkan sikap empati, menawarkan diri membantu mencarikan kenalan. Dan kita tetap komit, berjanji unntuk menjaga rahasia.
Kalau kita menjadi jalan jodoh orang lain, yakinlah kebaikan itu terpatri. Seperti saya dan istri, tidak bakalan lupa kebaikan teman yang dulu mencomblangi kami. Seperti halnya, tidak lupa pada orang julid yang membuat hati remuk.
Menjadi tantangan orang dijulidi, berusaha menjadi orang sabar. Belajar memaafkan, orang yang pernah membuka aib dengan terang-terangan---wallahu a'lam bishowab. So, lalu apa untungnya bertanya kapan nikah? Jawabnya, TIDAK ADA UNTUNGNYA ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H