Beberapa waktu lalu, istri berkisah tentang keadaan teman baiknya (seorang ibu yang sama-sama korlas di sekolah anak). Kisah yang sangat bisa, menjadi pelajaran dan diambil hikmahnya oleh siapapun. Termasuk kami, yang juga tak lepas dari uji dan coba dalam kehidupan.
Suaminya si ibu (sebut saja Pak X) sedang sakit, dan mendapat ujian lain tak kalah beratnya. Yaitu diberhentikan dari kantor tempat bekerja, karena ada perombakan management.
Pak X sudah lama bekerja, memiliki karir yang baik di kantor. Pernah menjadi orang dekat, dan menjadi kepercayaan Bapak bos (pemilik perusahaan). Umur manusia tidak bisa ditebak, si bos telah meninggal kemudian tampuk pimpinan diserahkan ke anaknya.
Kepimpinan anak muda, yang bisa jadi gayanya sangat kekinian. Dengan perubahan top management, otomatis berpengaruh kepada beberapa kebijakan penting. Diantaranya memberlakukan pensiun dini, kepada karyawan dan salah satunya Pak X. Sang istri yang ibu rumah tangga, tak bisa berbuat banyak. Keluarga kecil ini, merasakan dampak terutama pada pendapatan.
Sungguh, hidup memang sedemikian randomnya. Perputaran keadaan terjadi sangat cepatnya, dan tak ada yang pasti kecuali ketidakpastian itu sendiri. Hari ini ada orang yang menanjak karirnya, tetapi tidak ada jaminan akan terus di atas.
Semua yang serba tidak pasti, semestinya menjadikan orang terus waspada. Menjaga diri dari seburuk-buruk sikap, menjauhi sikap jumawa pun merendahkan orang lain. Senang dan sedih berdampingan sangat dekatnya, pergilirannya tak bisa diprediksikan.
---
Kompasianer's, saya yakin aneka kejadian memilukan ada di sekitar kita. Atau sangat mungkin diri sendiri, sedang berada di fase mengalami penurunan. Entah diuji masalah kesehatan, diuji seretnya rejeki, diuji kesempitan ini dan itu, dan lain sebagainya.
Demikianlah sunatullah berlaku, semua hal di hidupnya sungguh di luar prediksi. Kita yang musti waspada, terus menjaga sikap dan ucap. Bahwa roda berputar benar adanya, pergantian keadaan itu nyata sangat mungkin tiba-tiba.
Dan saya sangat meyakini, bahwa semua liku-liku terjadi sejatinya untuk kebaikan manusia. Dalam situasi sulit terjepit, lazimnya akan menumbuhkan sikap tidak dinyana. Yaitu pasrah berserah, mengakui kelemahan sebagai manusia biasa. Â
Dalam pengakuan diri yang bukan siapa-siapa, biasanya akan mengikis ego sampai menipis. Idealnya akan melecutkan semangat, introspeksi dan memperbaiki diri sendiri.
Betapa di situasi terpuruk, sejatinya justru bisa menjadi saat- saat sangat berharga. Guna mengukur kualitas diri sendiri, mengukur kualitas pasangan (suami/ istri), pun kualitas orang- orang di sekitar.
Sesimpel Itu Menakar Kualitas Suami dan Istri
Kompasianer's pasti sepakat, bahwa mendapatkan suka cita (sangat mungkin) tidak perlu persiapan. siapapun siap sedia, ketika tiba-tiba ditawarin hal-hal menyenangkan. Dikabulkan segala keinginan, dipenuhi apa yang dimaui saat itu juga.
Layaknya kejadian jamak di sekitar kita, memberi surprise pada orang yang dekat. Menyiapkan kejutan memberi sesuatu disukai, diberikan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Membuat hati berbunga-bunga, seiring terwujudnya apa yang diimpikan.
Tetapi kalau direnungkan lebih dalam, bahwa kesenangan yang berlebihan cenderung mengeraskan hati. Seperti kasus anak petinggi (di salah satu instansi pemerintahan), yang di penjara karena mencelakai anak seusianya. Konon sikap itu dimiliki anak pejabat ini, karena sedari kecil dimanja sehingga rasa empati tidak dirawat.Â
Ya, bagi yang bergelimang dengan keenakan. Sangat mungkin muncul sikap, menyepelekan keadaan karena merasa mampu mengatasi (dengan uang tentunya). Maka kalau direnungkan lebih jernih, bahkan kesedihanpun sebenarnya juga dibutuhkan.
Kesedihan memungkinkan seseorang, tumbuh sikap yang lebih waspada. Tidak mau sembarang bersikap dan berucap, karena sudah merasakan sendiri di posisi terpuruk.
----
Masa sulit bagi pasangan suami istri, bisa dikategorikan masa-masa yang sakral. Asalkan bisa mengelola dan menyikapi, justru akan bisa menguatkan keduanya. Menumbuhkan sikap dan keyakinan, bersama akan bisa melewati kepedihan.
Seorang suami dan atau istri, bisa menakar kualitas pasangan saat situasi sempit sedang menghimpit. Bisa menakar ketangguhan rasa setia, seberapa kukuh berdua bertahan menghadapi badai di hadapan. Suami dan atau istri akan tampak sikap aslinya, ketika keduanya berada dalam kondisi sulit.
Bagi suami istri bersetia, niscaya karma baik menjadi balasannya. Adalah kekokohan hubungan keduanya, selepas bisa melewati hari- hari kelabu itu. Kualitas masing-masing tertakar, mendapati diri sebagai pribadi lebih bijaksana.
Kompasianer's, sesimpel itu menakar kualitas suami dan istri. -- semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H