Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mari Para Ayah Menjadi Ayah Mahal

19 November 2023   08:53 Diperbarui: 21 November 2023   10:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto Dokumentasi Pribadi

Sebuah postingan di instagram, siang itu muncul di beranda saya. Menampilkan empat foto dan satu video, yang dipost secara berurutan/slide. Yang membuat menarik, adalah cerita dan atau pesan yang disampaikan postingan ini.

Mengetengahkan kisah nyata penuh inspirasi, dari sepasang suami istri.  Tentang mahalnya kesetiaan, sikap yang hanya dimiliki orang yang tidak sembarangan. Pribadi yang menyediakan dirinya, menempuh semua konsekwensi atas pilihan yang diambil.

Orang yang bersetia pada hal baik, konsisten dan siap menjalani naik turun dan manis getirnya pilihan. Orang yang senantiasa bergeming, sekalipun badai besar sedang ada di hadapan. Bahwa sepahit apapun resiko, akan dihadapi hingga (kalau perlu) titik darah penghabisan.

Bersetia adalah sikap mulia, berkaitan dan atau berhubungan dengan mental. Setiap tantangan yang dihadapi, akan menjadi kesempatan bahjkan menjadi ajang pembuktian. Ujian demi ujian kesetiaan, justru menguatkan rasa setia (apalagi setelah berhasil dilewati).

Setia yang hanya diucapan, belum sepenuhnya bisa menjamin di kenyataan. Karena setia setara dengan kata kerja, sebanding dengan effort besar yang tak berputus. Orang dengan kesetiaan tinggi, dia siap menerima senyum dan tangis secara berhimpitan.

Orang sedang melewati batu ujian kesetiaan, sangat bisa melihat masalah dengan perspektif yang jernih. Bahwa kehidupan sedang menyuguhkan panggung, dan kita musti memanfaatkan sebaik-baiknya.

Membuktikan --setidaknya-- pada diri sendiri, bahwa kita termasuk orang setia. Dan orang yang setia, adalah orang dengan pribadi tak ternilai. Bukan hanya sekadar mahal, tetapi sangat mahal.  

dokpri
dokpri

Mari Para Ayah Menjadi Ayah Mahal!

Kembali ke postingan di instagram, digambarkan perjalanan kehidupan pernikahan. Lelaki muda dan tampan, menikahi kekasih pujaan hati yang cantik menawan. Kemudian memiliki anak, dan tampak foto slide berikutnya, keduanya mulai berumur. --- btw, sampai tulisan ini diposting, saya belum berhasil menemukan ulang postingan tersebut.

Kejadian besar terjadi, menguji kesetiaan sang suami. Bahwa si istri terkena penyakit serius, yang membuatnya menjalani operasi. Rupanya sebuah operasi besar, tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sang suami menunjukkan kesetiaan, tetap mendampingi pun menanggung semua biaya berobat. 

Hingga operasi berjalan sukses, tetapi ada bagian dari tubuh sang istri musti diangkat. Setelahnya, penampilan istri tidak seperti sedia kala. Ada pada bagian tertentu, yang berubah dari sebelumnya.

Kesetiaan suami tak berkurang, bahkan semakin bertambah. Pada video di slide terakhir, tampak rekaman yang menyentuh. Bersama anak yang beranjak besar, si ayah selalu menyemangati ibu. Mengajak bermain di taman bersama, jalan-jalan di keramaian publik. Menciptakan suasana menyenangkan, agar ibunya tak larut dalam kesedihan.

Masih di video yang sama, menggambarkan ayah yang berusaha menghalau sedih. Menguatkan diri, pergi ke tempat tertentu dan meluapkan emosi. Tetapi bahwa kebersamaan itu, nyatanya terus terpertahankan dalam kondisi apapun.

Caption yang sangat mengena saya basa, bahwa kesetiaan itu mahal harganya.  

-----

dok. dutaislam.com
dok. dutaislam.com

Kompasianer's, yang sudah menjadi suami atau sudah menjadi ayah. Betapa kita sangat bisa, belajar hal baik dari kehadiran medsos saat ini. Dari konten konten inspiratif, yang bisa dilihat kapanpun dan di manapun. Termasuk belajar tentang kesetiaan, dari kisah-kisah orang yang tidak kita kenal sekalipun.

Bahwa menjadi ayah mahal, sejatinya bisa disandang siapapun. Syaratnya satu, asalkan ayah menyediakan diri sepenuhnya. Menempuh segala liku-liku, meleburkan diri dalam segala suasana, bersama keluarga dikasihi. Bersedia memperjuangkan sepenuh hati, kepentingan istri dan anak-anak di atas kepentingan sendiri.

Menjadi ayah mahal, adalah ayah yang sanggup menundukkan ego pribadi. Bahwa saat ini, ayah diamanahi sebagai jalan rejeki istri dan anak-anak. Bahwa ayah tidak perlu merasa, kesusah payahan ditanggung adalah sebuah aib. Bukan ayah, sama sekali bukan !!

Kesusahan menjemput nafkah, yang kalian barengi dengan rasa ikhlas dan syukur, niscaya kan mengantarkan ayah pada kemuliaan. Karena tidak ada yang sia-sia di dunia ini, ketika ayah bisa menyikapi , setiap ujian dengan sebaik-baik sikap.

Menjadi ayah mahal, memang tidak mudah, tetapi juga tidak ada yang mustahil. Menjadi ayah mahal, bisa disandang siapapun tanpa memandang status dan strata. Mari para ayah menjadi ayah mahal. 

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun