Keadaan itu berjalan beberapa waktu, sangat berpengaruh pada keadaan (cash flow) keuangan. Saking percayanya dengan saya, teman ini tanpa malu menunjukan saldo di rekeningnya. Sampai pernah, teman ini menunda memberi uang bulanan pada istri. Pernah juga, tidak genap memberi uang bulanan sang istri.
Tetapi jujurly, saya sangat bisa menangkap satu hal yang baik teman ini. Yaitu sebuah sikap, yang dipegangnya dengan kuat dan sungguh. Yaitu begitu ada uang (meski belum banyak), langsung dialokasikan untuk sekolah anak-anaknya. Ketika ada uang lagi, digunakan untuk memenuhi kewajiban sebagai suami.
Sehingga uang diterima, tidak bertahan lama di rekeningnya. Begitu mendapat uang, langsung diambil untuk bayar ini itu. Mulai dari uang sekolah, uang listrik, uang belanja, uang gas, dan seterusnya dan seterusnya.
Saya bisa melihat kelegaan dari garis wajahnya, setelah menyelesaikan sejumlah kewajiban. Dengan demikian, terbit senyum di bibir anak-anak dan istri. Â Meski setelahnya, teman ini siap disambut kewajiban lain yang menyusul.
Tetapi cukuplah, saya bisa menyimpulkan. Bahwa teman ini, termasuk kategori ayah yang bersungguh-sungguh. Ayah yang ingin menjalankan tugasnya, sebagai ayah yang menafkahi keluarga. Meski untuk hal tersebut, musti mengorbankan kesenangannya sendiri.
Ya, setiap uang dimiliki , dia tidak gunakan untuk keperluannya. Melainkan memprioritaskan, keperluan anak- anak dan istri terlebih dahulu. Bagi teman ini, dirinya bisa mencari cara lain. Contoh sederhana, teman ini rela motornya dipakai sulung, sementara dirinya berjalan kaki.
----
Menjadi ayah yang bahagia, adalah menjadi ayah yang sepenuh hati menjalankan tugas keayahan. Jalan ditempuh, tidak selalu jalan yang mulus dan lurus. Tetapi seberat apapun jalan itu, ayah bahagia tetap menjalaninya. Ayah terus berusaha semaksimal dia bisa, meski --ibarat kata-- nyawa taruhannya.
Ayah yang bahagia, adalah ayah yang sepenuh kesadaran. Bersedia berkorban untuk keluarga dicintai, car itu menjadi jalan ninja untuk menggapai kemuliaan. Karena tidak ada yang lebih membahagiakan, kecuali melihat istri dan anak-anaknya bahagia.
Menjadi ayah bahagia, tidak selalu dilihat dari materi. Tidak harus menjadi ayah, dengan kendaraan mewah dan membangunkan rumah megah. Menjadi ayah terbaik, tidak harus memanjakan dan menuruti segala permintaan istri dan anak.