PRASA : Operasi Tanpa Nama. Mengisahkan anak perempuan bernama Prasa, anak angkat Jendral Progo Subagio. Proses mengangkat anak, diawali saat Sang Jendral mendapat tugas membakar hutan. Di hutan terdapat sebuah pemukiman, hendak dialihfungsikan sebagai perkebunan sawit.
Kalau kita cermati di bagian ini, betapa peristiwa penggusuran sudah ada di masa lampau. Di masa sekarang masih ada, saya yakin pun penggusuran di masa mendatang. Peristiwa ini akan terulang dan terulang lagi.
Proses pencarian jati diri Prasa, terbilang tidaklah mudah. Membuatnya nekad kabur, dari rumahnya ke Jakarta. Kenekatan setelah berdebat dengan ayah angkat, yang bersikeras tidak mau mengungkap asal usulnya.
Keadaan semakin sulit, setelah mendapat kabar dari kakak angkat, kalau ayah angkat meninggal. Konflik dialami Prasa, setelah mengetahui orangtua kandungnya meninggal, akibat operasi tanpa nama dilakukan ayah angkatnya.
Apakah Prasa akan berterima kasih, karena mendapatkan kasih sayang berlimpah dari Jendral Progo Subagio?Â
Atau justru sebaliknya, Prasa akan membalas dendam ?
-----
Menurut Om Yon, ide PRASA : Operasai Tanpa Nama, terpantik saat terjadi perdebatan tentang HAM. Tema yang kerap mengemuka, menjelang pilpres. Isu pelanggaran HAM diibaratkan buih, yang hilang setelah kepentingan politik terpenuhi.
Padahal pelanggaran HAM seperti G 30 S/ PKI, Malari, Penculikan aktivis 98, Tragedi Semanggi, dan lain sebagainya, sungguh melukai batin keluarga. Idealnya pelanggaran HAM dituntaskan secara hukum, agar perjalanan bangsa tak terbebani utang penuntasan sejarah kelam.
Memang tidak mudah, karena akan terjadi perlawanan dari pihak terlibat. Banyaknya kepentingan di luar hukum, membuat kebenaran menjadi barang yang menakutkan tak ubahnya kotak pandora.