Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jalani Saja Karena Hidup Memang Serandom Ini

5 September 2023   12:58 Diperbarui: 5 September 2023   13:09 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di usia yang sudah tidak muda ini, (setidaknya) saya telah mereguk banyak pengalaman hidup. Baik pengalaman dialami sendiri, maupun pengalaman dari melihat orang terdekat atau orang lain.

Dari sekian banyak kejadian tersebut, mengantarkan saya pada sebuah sikap. Bahwa dalam hidup ini, tidak ada yang sungguh-sungguh ideal. Manusia menjalani hari demi hari, diliputi oleh ketidakpastian demi ketidakpastian.

Keadaan yang sekarang sedang terjadi, sangat mungkin besok atau lusa berubah sedemikian lekasnya. Kita manusia, sangat awam terhadap detik ke detik berikutnya.

Sedih senang, bahagia nestapa, tangis dan tawa, jaraknya hanya sejengkal saja. Maka kita musti terus berusaha, mengelola batin agar tidak muncul sikap jumawa.

So, jalani saja karena hidup memang serandom ini.

------

Saya ada kenalan, yang tidak akrab-akrab banget. Bisa dibilang hanya sekadar tahu saja, bisa jadi yang bersangkutan tidak hapal nama saya. Seorang bapak-bapak seumuran saya, anak mbarepnya juga sepantaran mbarep saya.

Bapak ini dulunya berbadan tambun, dengan kulit sawo matang tetapi bersih. Pilihan dan gaya berpenampilannya keren, merepresentasikan orang yang berduit. Meski demikian di pandangan saya, beliau orang yang ramah. Berbaur dan bergaul cukup baik, dengan tetangga dan warga sekitar tempat tinggal.

Lama saya tidak melihat, tau-tau dibuat sangat pangling dengan penampilan barunya. Muncul dengan tubuh kurus, wajahnya kuyu dan pucat pasi. Kala itu beliau bercerita, sedang sakit dan butuh waktu untuk memulihkan kondisi tubuh. Otomatis tidak bisa bekerja dengan leluasa, akhirnya mengalami kesulitan keuangan.

Setelah kabar yang miris itu, saya tidak pernah menemui atau melihatnya lagi. Hingga lagi-lagi dibuat kaget, melihat kenalan ini dengan wajah yang mulai segar. Meski tak setambun dulu, tapi badannya tampak ideal dan sehat.

Stau hal yang membuat saya takjub, semangat hidup yang sempat redup mulai menyala. Rupanya kenalan ini telah menjadi lurah di kampungnya, dengan penampilannya yang sederhana. Bersikap santun pada warganya, sikap yang sedari dulu memang dimilikinya.

Subhanalloh, hidup memang serandom ini.

Jalani Saja Karena Hidup Memang Serandom Ini

Di usia menuju setengah abad ini, saya telah beberapa kali pindah kota perantauan. Lompat sana sini kantor tempat bekerja, meski bidang ditekuni semisal (lingkupnya mirip-mirip). Dan sudah tak terhitung, berapa banyak orang saya temui dan berinteraksi.  Masing-masing orang, tentu memberi kesan sendiri-sendiri.

Ada teman atau orang yang lewat sekilas selintas, ada yang interaksinya biasa-biasa saja. Ada teman yang membawa kesan biasa, pun ada yang sampai akrab. Kebiasaan dalam berteman, akan terseleksi secara naluri dan alami. Ada teman yang sekadarnya saja, teman yang kenal tidak dekat juga tidak jauh, ada teman yang klop (kalau bahasa anak sekarang 'bestie').

dokpri
dokpri

Perjalanan berumah tangga, sedang menuju duapuluh tahun berjalan. Tidak lepas dari pasang surut, layaknya yang terjadi di rumah tangga lainnya. Saya pernah bergantian sakit dengan istri, setelah itu anak lanang, di lain waktu ragil yang sakit.

Kemudian ayah ibu mertua berpulang, rumah dijaga kakak ipar yang belum menikah. Suatu saat kakak ipar sakit, kami adiknya (tinggal juga dekat) yang merawat. Pun dengan keluarga di kampung halaman, juga mengalami naik turun berkeluarga.

Di bidang pekerjaan, saya pernah berada di fase sangat sibuk dengan tugas. Pernah dalam seminggu, saya musti pindah ke beberapa kota. Kesibukan yang sama berlangsung, hingga selama tiga minggu berturut-turut.

Pagi berangkat ke kota A, sore kembali ke Jakarta. Besok dini hari berkemas-kemas, berangkat lagi dengan penerbangan pertama. Masa sibuk yang sangat, sangat berpengaruh pada pertambahan isi rekening.

Saya dan istri menyimpan di beberapa deposito, setelah terkumpul bisa membeli kendaraan dan rumah---alhamdulillah. Di kemudian hari, keputusan tersebut membuat saya lega. Tidak menghamburkan uang saat punya tabungan, membeli barang yang sangat dibutuhkan.

Termasuk pernah mengalami, hari-hari dengan kegiatan monoton. Pekerjaan belum ada yang deal, kalaupun ada statusnya menggantung. Saya sampai kehabisan cara, mengisi waktu ke waktu agar menjadi hari yang produktif. Menyusuri nomor kontak pertemanan, sekiranya bisa ditawari jasa saya.

Pemasukan yang tidak terlalu lancar, sehingga musti memutar otak agar dapur terus ngebul. Subhanalloh, masalah hidup adalah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Jadi jalani saja, tidak usah terlalu banyak protes.

Toh, waktu kita di dunia juga ada batasnya. Algoritma kehidupan terus bekerja, maka kita musti juga terus bekerja. Jatuh bangun adalah hal wajar, yang menanamkan sikap rendah hati.

Ya, hidup memang serandom itu, jadi jalani saja.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun