Menyoal poligami (beristri lebih dari satu), Â tidak ada aturan di agama islam yang melarang. Diperbolehkan tapi dengan syarat, sangat mungkin tidak sembarang orang menyanggupi. Apalagi yang ilmu agamanya cetek (macam saya), dijamin tidak mampu memenuhi syaratnya.
Syarat berat dari poligami, adalah berlaku adil pada setiap istri. Sementara sifat adil adalah abstrak, menyangkut perasaan (apalagi perasaan perempuan sensitive). Orang biasa banyak dosa (lagi-lagi macam saya), lazimnya memiliki kecenderungan berpihak.
Kanjeng Nabi Muhammad SAW, manusia sempurna pilihan diamini semesta. Beliau menjalani poligami, dengan alasan- alasan yang sangat syar'i dan logis. Misalnya menikahi janda korban perang, menikahi perempuan berumur agar terlindungi.
Poligaminya Rasulullah, memiliki visi misi jauh ke depan untuk kebaikan umat. Memiliki tujuan untuk keteguhan agama, sudah seharusnya dicontoh umat hingga akhir jaman. Dan selama beristrikan Khadijah, Rasulullah SAW menganut monogami.
Keteladanan kanjeng Nabi sebagai suami, ayah, kepala keluarga, kakek, sikap dan tutur kata beliau terpatri jaman. Memperlakukan istri dengan sangat baik, penanda sebaik-baik akhlak laki-laki. Memperlakukan anak dengan kasih sayang, tanpa mengurangi kewibawaan. Pun sayangnya terhadap cucu, kisahnya tersiarkan hingga sekarang.
Perilaku beliau sangat relate, dicontoh dan diterapkan hingga masa kekinian. Bagi kita yang mengaku umat Kanjeng Nabi, kalau meneladani jangan setengah-setengah. jangan mencontoh poligaminya saja, tapi sekaligus mencontoh sikap santun, sayang, adil pada istri dan keluarga.
Wallahu'alam bishowab.
Guyonan Bapak-Bapak yang Sebaiknya Dihindari
Semasa lajang, saya pernah ikut sebuah perkumpulan (atau bisa dikatakan komunitas). Kebetulan anggotanya, adalah teman-teman (laki-laki) sudah menikah. Kami punya beberapa kegiatan, salah satunya kajian seminggu sekali.
Saya ingat kali pertama bergabung, datang ke kajian di bilangan Jaksel. Kami diminta memperkenalkan diri satu persatu, baik anggota baru maupun lama. Dan yang saya perhatikan, ketika menyebutkan status beristri, disambut guyonan. Ada saja anggota nyeletuk, "istri baru satu ya", atau "sedang menuju nambah istri", "Jabatan naik, saatnya istri nambah", dan diulang-ulang.