Sebagai anggota baru dan masih bujangan (kala itu), saya hanya diam menyimak. Tanpa bisa menyelami bagian kalimat lucu, yang menerbitkan senyum ataupun tertawanya. Â Di satu sisi saya merasa kurang nyaman, karena guyonnya tidak kreatif (alias itu itu saja). Â Sejatinya saya memendam rasa kawatir, kalau guyon semisal diterus-teruskan.
Ketika itu saya proses menuju menikah, teman-teman saya undang ke pernikahan. Kemudian untuk alasan pekerjaan, saya terpaksa tidak bisa aktif dan meneruskan ikut di perkumpulan tersebut. Namun secara personal, kami tetap berkomunikasi dan berteman baik.
Setelah menikah, saya menemukan jaringan pertemanan baru. Namanya dunia isinya tak jauh berbeda, lagi-lagi orang dengan sikap sama ditemukan. Teman yang seorang bapack-bapack (sebut Pak Z), seringkali guyonnya soal dua istri.
Kadang tidak tahu waktu dan tempat, sampai di ruang publik melontarkan hal serupa. Sempat terbersit di benak, kalau guyonan tersebut didengar atau diketahui istrinya. Entah mendengar langsung atau dari orang lain, yang pasti membuat tidak nyaman.
Saya membayangkan, bagaimana perasaan yang ditanggung sang istri. Bisa jadi malu, marah, atau apalah yang membuatnya meledak.
-----
Setelah disibukkan urusan pekerjaan, terutama urusan keluarga masing-masing. Tak terbilang lamanya, saya tidak bertemu, berkomunikasi, dengan teman perkumpulan ataupun Pak Z. Meski demikian kami sama-sama menyimpan no telepon, atau berteman di media sosial.
Dan suatu hari saya mendapati selentingan, bahwa salah satu teman (yang sering guyon poligami) sedang proses berpisah dengan istri. Saya tidak terlalu mengikuti secara intens, karena tidak terlalu dekat dan kenal secukupnya saja.
Tetapi saya seperti flashback ke belakang, dengan apa yang pernah terbersit di benak. Kalau guyonan soal poligami, sampai ke telinga istri. Hal ini menjadi pembelajaran bagi saya, tidak menggunakan hal sakral sebagai bahan guyonan.
Bagi saya hal yang terkait ibadah atau hal penting, sebaiknya tidak dijadikan becandaan. Seperti ibadah sholat, pernikahan, sakit (badan atau jiwa), makan-minum, orang tidur, janganlah dijadikan guyonan. Karena kalau benar-benar kejadian, dampaknya fatal bagi diri sendiri.
Para bapak, stop menjadikan poligami sebagai guyonan. Semoga bermanfaat .