"Salah satu manusia yang susah dinasehati ya yang kecanduan kaya gini (Judi Slot), susah obatnya" twitt @kegblgn***aedh
Awal akhir pekan, ramai di time line twitter saya. Satu akun besar (follower jutaan), membahas tangkapan layar sender (netizen yang curhat). Menyoal masalah rumah tangga, yang berujung pada perceraian.
 Saya sebenarnya tidak terlalu care dan tidak turut membahas, toh secara pribadi tidak kenal dan bukan siapa-siapa dengan sender.  Tapi karena banyak akun me-reply, alhasil cuitan tersebut berkali-kali muncul di beranda. Â
Beberapa kali tangkapan layar terbaca, membuat sedikit tahu meski tak tertarik nimbrung. Saya tetap tidak me-reply, tidak ingin turut sumbang saran. Kecuali terpantik naluri blogger, menuliskan di Kompasiana. Sehingga menjadi jejak digital, menjadi bahan ajar dan sarana introspeksi diri sendiri.
Sebagai orang (bisa dibilang) cukup lama berumah tangga, bisa merasakan uniknya membangun relasi dengan pasangan. Menjaga hubungan suami istri, memang membutuhkan seni sekaligus ilmunya. Sangat dibutuhkan ketelatenan, kesabaran, terus belajar mengelola ego diri.
Bahwa suami istri tetaplah dua pribadi berbeda, berasal dari latar belakang yang tidak sama. Suami istri tumbuh dibesarkan dari dua keluarga berbeda, sehingga punya kebiasaan dan lingkungan berbeda juga.
Maka kesadaran sepenuh hati, sangat dibutuhkan sepasang suami istri. Agar rumah tangganya berjalan langgeng, bekerjasama melewati segala tantangan. Apalagi kalau sudah ada buah hati, anak-anak membutuhkan figure dari keduanya.
Suami istri tidak bisa semata-mata, memikirkan kepentingan keduanya saja. Tetapi musti berpikir lebih jauh ke depan, yaitu demi perkembangan anak-anaknya. Karena anak-anak akan meneladani, dari apa yang dilihat dan dilakukan ayah dan ibunya.
--------
Sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga, sudut pandang tulisan ini dari pihak laki-laki. Sangat mungkin ada sisi subyektif-nya, tetapi didasarkan pada pengetahuan saya dapati. Semoga bisa menjadi koreksi, sekaligus motivasi untuk terus belajar.
Bahwa laki-laki diamanahi, tugas sebagai pemimpin rumah tangga. Sudah kodratnya, lelaki (seharusnya) menjadi nahkoda rumah tangga. Peran yang tidaklah mudah, pun setara dengan peran istri dan atau anak-anak juga sama tidak mudahnya.