Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Syariat Menikah sebagai Bukti Manusia Tak Sempurna

22 Mei 2023   11:10 Diperbarui: 22 Mei 2023   11:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh saya merasakan, terjal jalan yang musti dilalui. Demi mewujudkan keinginan menikah, lebih-lebih bagi saya yang minim pengalaman pacaran. Pertemuan dengan (yang sekarang menjadi) istri, melalui perantara teman. Itupun setelah tak terhitung pertemuan (dengan yang lain), yang kemudian tidak berlanjut.

Ibu, adalah orang yang "paling nyebelin" kala itu. Berada di garda terdepan, sangat cerewet menanyai calon mantu. Meski demikian, ibu juga orang yang selalu pasang badan. Ketika saya dicemooh orang lain, yang mempersoalkan kejombloan ini.

Sementara usia terus merangkak, beriring target menikah yang semakin mendekat.  Dalam keadaan (seperti) terdesak, saya menumpahkan harap dalam doa dan ikhtiar. Seperti ada dorongan yang kuat, menunjukkan seriusnya keinginan menikah. 

Bahwa tujuan saya menikah, adalah ingin meneladani sunnah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Bahwa keinginan menikah, ingin menggenapkan separuh ibadah. Konon semua ibadah masih satara separuh, dan separuh dien-nya adalah menikah.

--------

"Duda nggak apa-apa, yang penting nggak ngrebut suami orang" ujarnya.

Seorang teman kantor menitip pesan, minta dicarikan kenalan pria.  Saya menyanggupi, mengingat pernah di posisi seperti teman ini. Teman lajang ini, seorang perempuan menjelang 40 tahun-an. Perawakannya mungil, berkulit sawo matang berdarah jawa sunda.

Tak berselang lama, saya (dengan dibantu istri) mendapatkan satu nama. Duda 45 th-an dengan dua anak, istri meninggal karena sakit. Pas banget, karena pria paruh baya juga sedang mencari istri.

Sekilas profil lelaki hendak dikenalkan, segera saya sampaikan. Bahwa bapak ini, pemilik bengkel motor dengan dua pekerja. Menikah cukup lama, dan maut yang memisahkan. Soal keseriusan mencari istri, tidak perlu dipertanyakan.

Tak berselang lama, dari saya menceritakan si duda. Mendadak ada yang berubah, dari garis wajah teman ini. Air muka yang tadinya bersemangat, terkesan kurang antusias. Saya tidak terlalu mau ambil pusing, toh janji itu telah tertunaikan.

"Ntar gue pikir-pikir dulu ya" balasnya ragu-ragu.

Sebenarnya, saya juga tidak asal mencarikan kenalan. Sampai melibatkan istri, agar ada yang diajak diskusi memberi sumbang saran. Pertimbangan yang menguatkan saya, pria ini punya pengalaman dengan dua anak. Artinya dari sisi kedewasaan terbukti. Berpisah karena meninggal, bahkan dua tahun selepas kepergian istri belum menikah. Artinya bisa dikategorikan lelaki setia, dan bertanggung jawab. 

Dari jawaban disampaikan teman ini, saya bisa menerka gelagat. Teman perempuan tidak berkenan, dan tak ingin menindaklanjuti. Padahal info sekilas , sama sekali belum menggambarkan keseluruhan calon tersebut. Dan tidak ada salahnya bekenalan dulu, cocok atau tidak urusan kemudian.

Terbukti benar perkiraan saya, satu dua bulan berikutanya, tak ada bahasan soal duda dua anak. Dari kejadian ini, saya sampai pada satu hikmah.  Bahwa seriusnya manusia berikhtiar, berkontribusi dalam memuluskan terkabulnya doa.

Syariat Menikah Sebagai Bukti Manusia Tidak Sempurna

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya." (HR. Al Baihaqi)

Nabi Adam AS, diciptakan Alloh SWT dan tinggal di surga. Kurang apa coba, tinggal di Surga dengan fasilitas lengkap tersedia. Tapi nyatanya Adam memerlukan pendamping, kemudian Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam.

Dari kisah leluhur manusia saya meyakini, berpasangan laki-laki  dan perempuan adalah fitrah manusia. Benar secara kodrati, bahwa setiap orang sudah disediakan pasangan. Tetapi untuk mendapatkan pasangan, juga perlu effort yang sungguh-sungguh.

Manusia musti selalu berbaik prasangka, tidak lekas menyerah menjemput belahan jiwa. Kalaupun (misalnya) ada yang berusia lanjut, tetapi belum juga dipersuakan pasangan. Keadaan ini di luar kuasa manusia, tapi yang jauh lebih penting adalah terus berusaha maksimal.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

-------

Tanpa terasa, nyaris dua dasawarsa pernikahan saya jalani.  Tentunya tak lepas dari jatuh bangun, dan segala uji telah kami lewati. Menurut saya, menjalani pernikahan bukan adu teori rumit dan njlimet. Pernikahan tidak terwakilkan, atas definisi dengan kalimat bersayap penuh retorika.

Pernikahan adalah menjalani kehidupan keseharian, terus belajar memahami pasangan. Hari-hari di pernikahan, adalah pembuktian janji yang pernah diucapkan saat ijab. Pernikahan tidak lepas dari masalah, seperti halnya memilih hidup sendiri. Tetapi justru menikah, memiliki seni dalam hal menyeimbangkan diri dan pasangan.

Pernikahan ibarat perjalanan panjang, membutuhkan kerjasama dan kekompakan suami istri.  Berat atau ringannya, tergantung pasangan mengisi dalam kehidupan pernikahan. Syariat memang berat, dan penuh onak terjal menjalaninya. Tetapi di balik beratnya menjalani pernikahan, niscaya mengandung hikmah luar biasa. 

sumber gambar ; klikdokter.com
sumber gambar ; klikdokter.com

Mengingat menikah, adalah sunah dicontohkan Baginda Nabi. Yang mustahil bagi Rasulullah, meneladani suatu perbuatan kecuali mengandung kemanfaatan di dalamnya. So, jalani sebaik-baiknya, dan jangan neko-neko.

Manusia diciptakan tidak sempurna, sehingga butuh orang lain untuk melengkapi. Karena ketidaksempurnaan, maka menikah menjadi (salah satu) syariat yang diutamakan. Sampai-sampai, menikah sebagaisetengah dien yang menggenapkan seluruh ibadah.

Kompasianer's, mari terus belajar dan tak henti. Menjadikan pernikahan sebagai sarana beribadah, guna menggenapkan agama. Agar setiap masalah di pernikahan, bisa menjadi jalan untuk menyempurnakan ibadah. 

- Wallahu'alam, semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun