Kompasianer's, selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan. Semoga puasa kita membawa keberkahan, berhasil memroses diri menjadi pribadi lebih baik--aamiin.
Alhamdulillah, hari ini memasuki hari ke 27 Ramadan. Semoga Kompasianer's terus istiqomah, makin ketat menjaga ibadah. Apalagi di sepuluh hari terakhir, jangan ketinggalan i'tikaf di masjid. Mari berlomba-lomba, mendapatkan malam lailatul qodar.
Sebenarnya kita, sedang berada di posisi tak mengenakan. Mendapati kenyataan, tinggal sedikit waktu Ramadan tersisa. Sementara dengan ibadah seadanya, sudah pantaskan diri masuk ke golongan yang mendapat kemenangan.
Saya sadar diri, lebih banyak lalai dibanding berjaga di malam Ramadan. Lebih kerap menuruti hawa nafsu, dibanding bersiaga demi mengunggulkan ruh. Sebagai orang fakir ilmu, kurang tergerak dalam kegiatan tholabul ilmu. Bisa saya, menggantung harapan semoga Alloh ridho. Di kesempatan yang ada, masih bisa membenahi diri.
Mendapati tema tantangan Samber THR kali ini, (mau tidak mau) saya musti konsisten dengan tulisan ( di samber THR) sebelumnya. Terutama di tema Financial Sehat dan outfil taraweh, yang tak bisa lepas dengan tema hari ini.
Inspirasi baju lebaran tahun ini, ala saya. Adalah mengulang inspirasi, pada  lebaran tahun- tahun sebelumnya. Adalah baju yang ada di lemari, tinggal memilih yang pantas dipakai.
-------
Bagi kita umat muslim, hari hari belakangan seharusnya menjadi hari yang dilematis. Bingung, musti senang atau sedih. Karena bulan mulia sudah diujung, sebentar lagi bulannya obral pahala selesai. Sementara Ramadan yang sudah dijalani, bisa jadi masih jauh dari kata ideal. Kita masih enggan bangkit, dari kebiasaan lama yang suka bermalas-malsan. Sedangkan Ramadan tahun berikutnya, tak bisa menjamin bakal disampaikan usia.
Minggu terakhir Ramadan, kebanyakan masjid-masjid sudah lengang. Tiersisa dua atau tiga shaf saja, itupun barisan jamaah tidak rapat. Taraweh, tadarus, iktikaf, yang smestinya ditekun. Diganti dengan urusan dunia, yang cenderung jauh dari makna puasa.
Kita sibuk memikirkan, barang apa nsaja musti dibeli untuk persiapan lebaran. Sebagian lainnya, berkutat di perjalanan pulang kampung.
Wallahu'alam bishowab.
Inspirasi Baju Lebaran (Sebenarnya) Ada di Lemari Kita
Sangat mungkin, diantara kita belum pulih dari dampak pandemi. Kondisi keuangan belum leluasa, pemenuhan kebutuhan juga masih ngos-ngosan. Entah bisa mudik atau tidak, karena masih berhitung prioritas.
Alhamdulillah, kita masih disampaikan Ramadan. Bulan yang berlimpah berkah, semoga menjadi momentum untuk lebih introspeksi diri. Apalagi waktu terus merambat, sehingga jatah usia juga semakin menipis.
Kompasianer yang seumuran saya (sebentar lagi setengah abad), mungkin frekwensi pemikiran kita tidak jauh berbeda. Lebaran, tidak lagi mementingkan tampilan. Masa itu sudah lewat, masa ribet soal baju lebaran. Biarlah hal demikian, giliran anak dan atau cucu yang mengalami sekarang.
Sudah semestinya cara berpikir kita bergeser, dari sekadar penampilan fisik ragawi. Bukankah demikian, nilai-nilai bulan suci mengajarkan. Bahwa semua yang tampak indah di penglihatan, akhirnya akan ditanggalkan. Termasuk baju yang menempel, lama-lama akan lapuk di makan waktu.
---
Baju lebaran saya, tidak lagi soal baru atau lama. Tapi yang pantas dan masih bisa digunakan, nyaman dipakai berkumpul keluarga besar.
Kebiasaan yang sudah alma saya terapkan, adalah memakai baju koko di hari pertama. Baju yang saya pakai sejak pagi, untuk menunaikan sholat idul fitri di masjid atau tanah lapang. Baju yang sama, dipakai untuk silaturahmi dengan keluarga inti.
Untuk lebaran kedua, saya memilih baju yang lebih casual. Biasanya kaos dengan kerah, atau kemeja lengan pendek dengan bahan ang adem. Di kampung saya, hari kedua lebaran adalah harinya keliling silaturahmi antar tetangga. Kalau baju dipakai bahannya tebal dan panas, dijamin tidak nyaman dan gampang gerah.
Namanya tinggal di kampung, tidak terlalu aware dengan brand pakaian. Yang penting terlihat baru, anak-anak cudah cukup bergembira. Sementara kami para orangtua, menggunakan koleksi baju yang ada.
Karena inspirasi baju lebaran, sebenarnya ada di lemari kita- semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H