Pang Laot pengawal setia (sejak Teuku Umar hidup), tak tega melihat keadaan Tjoet Nja' yang kepayahan. Menyerah pada kolonial, dan meminta Belanda berjanji akan merawat dan meperlakukan Tjoet Nja' sebaik-baiknya. Kelicikan Belanda berada di point ini, jawaban iya yang disampaikan hanya dimulut saja. Pang Laot menunjukkan persembunyian Tjoet Nja di tengah hutan, memastikan janji penjajah ditepati meski akhirnya janji tinggalah janji.
Perempuan tangguh itu, dipisahkan dari tanah kelahiran yang dicintai. Kemudian diasingkan ke Sumedang Jawa Barat, hingga wafatnya. Konon dari film dokumenter saya lihat, selama di Sumedang Tjoet Nja' mengajar mengaji anak-anak. Menurut beberapa sumber, kerap bicara dengan bahasa arab, mengingat tidak bisa bahasa sunda.
----
Banyak scene epic dan memorable di film Tjoet Nja' Dien, tapi salah satu yang sangat mengena di hati. Ketika Tjoet Nja' dijemput Pang Laot  bersama Belanda, tubuhnya yang lemah berontak sebisanya. Dengan sekuat tenaga yang ada,  Pang Laot didorong guna menunjukkan rasa marah yang sangat.
Kemudian saat hendak dinaikan tandu, yang dipikul oleh pasukan kolonial. Tjoet Nja' tidak sudi tubuhnya disentuh Kape Belanda (kafir Belanda), dari mulutnya menderas surat Al Quran. Duh, benar benar mengena, mengharukan, dan menunjukan pribadi yang teguh di jalan agama.
Cintanya Tjoet Nja' pada  tanah Aceh, sebagai nilai religi yang bisa kita teladani sampai kapanpun. Karena tanda keimanan seseorang, salah satunya adalah cinta tanah air.
Ya, nilai religi tak selalu didapatkan dari film genre religi. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H