Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nilai Religi Tak Selalu Didapatkan di Film Genre Religi

5 April 2023   11:08 Diperbarui: 5 April 2023   11:20 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan ini sangat luar biasa, kita bisa mereguk hikmah dari setiap peristiwa. Baik peristiwa dialami sendiri, atau peristiwa di sekitar yang dialami orang lain. Banyak hikmah dari setiap ujian, yang justru mengandung nilai-nilai religi.

Kita memetik hikmah dari banyak kejadian, sebagai bahan introspeksi guna memperbaiki diri. Menjadi sebaik-baik manusia, bermanfaat bagi orang lain. Setidaknya bermanfaat, bagi orang terdekat yaitu keluarga atau lingkungan sekitar.

Nilai Religi tak Selalu Didapatkan dari Film Genre Religi

Film satu ini, setau saya tidak melabelkan dirinya sebagai film religi. Pemerhati film dan publik, mengategorikan sebagai film drama epos biografi. Adalah film Tjoet Nja' Dien, diproduksi tahun 1988 disutradarai Eros Djarot. Kemudian direstorasi di Belanda, ditayangkan ulang salah satu TV berbayar pada tahun 2021.

Film Tjoet Nja' Dien berhasil mengatar pemain utamanya, yaitu Christine Hakim menyabet Piala Citra kategori Pemain Utama Wanita terbaik FFI 1988. Serta penghargaan untuk kategori, Sutradara terbaik, Skenario terbaik, cerita asli terbaik, Tata Sinematografi terbaik, Tata Artistik Terbaik, dan Tata musik Terbaik FFI 1988. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Saya tidak menghitung, sudah berapa kali menonton film Tjoet Nja' Dien. Saking pengin bisa nonton sewaktu-waktu, saya membeli VCD original pada 2003. Unik kan, film produksi 1988 tapi tahun 2003 di toko resmi masih banyak peminatnya (dan 2021 ditayang ulang).

Demi mendapat point of view dan referensi berbeda, saya membaca dua buku Tjoet Nja' Dien dari penerbit berbeda. Satu buku jadul dicetak tahun 60-an, penulisnya adalah Abdul Muis (nama pahlwan yang sudah tidak asing). Satu buku lagi dicetak di atas tahun 2000, ditulis oleh Tasaro GK --saya ngefans banget dengan penulis satu ini.

Menonton film dan membaca buku, membuat saya menemukan benang merah. Dan nilai-nilai religi, saya dapati dari kehidupan Pahlawan perempuan asal Aceh ini. Tentang sikap bakti kepada ayahanda, setelah menikah berbakti pada suami. Sepeninggal suami pertama Ibrahim Lamnga yang gugur di medan pertempuran, Tjoe Nja' menikah dengan Teuku Umar. Belanda dengan siasat liciknya, berhasil menembak Umar saat hendak maju ke medan pertempuran.

Karena tak sudi tunduk pada kompeni, Tjoet Nja' turun sendiri ke medan perang. Menggantikan kedudukan almarhum suami, tak sudi tanah Aceh dikuasai Kape Belanda. Kekuatan macan betina tak bisa dipadang sebelah mata, Belanda dibuat kalang kabut.

Pertempuran panjang dilalui, mengungsi dari satu hutan ke hutan yang lain. Tekadnya membaja, segala tipu daya tak mengendurkan tekad mempertahankan tanah Aceh. Drama penuh intrik mengaduk aduk emosi, terjadi sepanjang pertempuran.

Tak sedikit prajurit Aceh terbujuk rayuan kompeny, menjadi musuh dalam selimut. Orang-orang di sekitar Tjoet Nja', tiba-tiba menjadi mata-mata. Mendapati situasi tidak beres, dengan cepat ditangkap oleh intuisinya yang tajam.

Hingga Tjoe' Nja makin renta, terserang sakit encok dan rabun mata. Fisiknya melemah, membuatnya terbatas gerak dan musti ditandu. Pada bagian ini saya sangat prihatin dan miris, sekaligus merasakan wibawa serta keteguhan memegang prinsip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun