Kompasianer's yang warga Tangsel, saya yakin tidak asing dengan daerah Gintung. Nama Gintung sempat trending, ketika Situ Gintung jebol di medio 2009. Ketika itu banyak pesohor yang berkunjung, menyampaikan santunan untuk korban jebolnya danau. Banyak media meliput, akhirnya menjadi sorotan.
Menurut saya, daerah gintung terbilang strategis. Menjadi lalu lintas aneka kendaraan, menuju Lebak Bulus Jakarta Selatan. Jalan raya di Gintung adalah protokol -- jl raya Juanda--, terdapat kampus, perkantoran, ruko, dan pusat perbelanjaan. Sarana transportasi umum melintas, bahkan bus Transjakarta rute Tosari dan Kampung Rambutan.
Persis di pertigaan traffic light Rempoa, persis di hook ada Pasar Gintung. Saya pribadi, sangat familiar dengan pasar ini. Sejak pindah ber-KTP Ciputat, sebelum dibangun cantik seperti sekarang. Yang paling saya ingat, adalah lapak penjual surabi jadul. Surabi dimasak dengan wajan terbuat dari tanah liat, dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakar.
Kemudian setelah direvitalisasi, entahlah pindah ke mana si penjual Surabi idola. Kini Pasar Gintung tampil lebih modern, menjajakan aneka oleh oleh Tangerang Selatan. Diisi pelaku UMKM Tangsel, yang terbukti tangguh selama pandemi berlangsung.
Saya sengaja datang langsung, melihat dari dekat kegiatan di Pasar Gintung. Sepengamatan saya, butuh effort yang tidak sedikit untuk menghidupkan pasar ini. Relatif sepi, belum banyak pengunjung, dan variasi oleh-oleh belum terlalu komplit. Namun semangat pelaku UMKM patut diacungi jempol, memanfaatkan medsos dan onlineshop untuk berjualan.Â
Maka butuh sinergi banyak pihak, agar pasar gintung menarik minat warga datang. Mengingat lokasinya yang strategis, dan akses serta pilihan moda transportasi tersedia. Kompasianer, yang warga tangsel. Yuk, dukung UMKM Tangsel dan belanja di Pasar Gintung. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H