Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seharusnya Kita Tak Perlu Repot-repot Menolak Tua

11 Februari 2023   10:03 Diperbarui: 11 Februari 2023   10:08 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; kompas.com

Masih menyambung riuh di medsos, tentang topik child free dan awet muda. Saya rasa hal ini tidak muncul tiba-tiba, melainkan terkait dengan fenomena yang berlangsung di masa kini. Bahwa tidak kita pungkiri, (kebanyakan) manusia masa kini maunya terlihat awet muda.

Oke, mungkin orang dulu juga sama --ingin awet muda. Tetapi teknologi semakin canggih masa sekarang, memungkinkan terakomodasi kecenderungan tersebut. Beberapa nama terkenal, rela merogoh kocek dalam-dalam. Demi mendapatkan penampilan baru, dengan wajah tetap segar dan tampak muda.

Ada penggiat medsos dengan follower jutaan, tak enggan membagikan kegiatannya saat menjalani operasi plastik. Tahapan demi tahapan di buat foto dan atau videonya, kemudian secara berkala diposting di medsos. Foto pasca operasi ditunjukkan, dari wajah babak belur dan bengkak dengan perban masih terikat. Beberapa waktu kemudian, yang bengkak mengempis hingga proses pembukaan perban. Kemudian dbuatkan foto perbandingan, before dan after operasi plastik.

Soal cara terlihat awet muda, ternyata belum berhenti sampai di situ. Hingga muncul postingan selebgram, dengan child free---alias menikah tanpa anak--- agar tampak awet muda.

--------

Kecenderungan manusia ingin awet muda, dijawab produsen perawatan wajah. Aneka produk face care bermunculan di pasaran, dengan mengatasnamakan brand lokal buatan anak negeri. Bahkan kini soal merawat wajah, mulai melebar dan berkembang.

Merawat wajah lazim dilakukan kaum hawa, yang diciptakan Sang Khalik dengan naluri mencintai penampilan cantik. Saya punya teman laki-laki, lumayan aware dengan perawatan (wajah, badan, rambut). Saya tipe, orang yang tidak suka mencampuri urusan orang. Toh, duit dia sendiri yang dipakai.

Perusahaan perawatan, meluncurkan aneka produk perawatan. Saya kerap melihat iklan perawatan, baik di medsos, poster, baliho, dipasang di transportasi atau ruang publik.  Betapa soal perawatan wajah, ternyata ada jenis-jenisnya. Dan harganya, tidak bisa dikategorikan murah.

Ada serum khusus, berfungsi untuk mencerahkan wajah. Ada cream diproduksi, dengan kandungan untuk menyamarkan flek dan kerutan di wajah. Ada lagi cream dipakai untuk siang, termasuk cream dipakai malam hari (sebelum tidur).

sumber gambar ; kompas.com
sumber gambar ; kompas.com

Saya membayangkan, ribet dan penuh effort-nya. Untuk serangkaian perawatan tersebut, tentu membutuhkan waktu, tenaga, dan uang. Semua adalah tentang pilihan, dengan segala konsekwensinya.

Termasuk pilihan, agar terlihat awet muda.

Seharusnya Kita Tak Perlu Repot-repot Menolak Tua

"Orang-orang terobsesi banget sama awet muda, padahal tumbuh tua juga bisa menyenangkan. Rambut beruban, tapi dibarengi pemikiran yang matang. Keriput bertambah, tapi dibarengi kesabaran yang luas. Perut tidak serata dulu, tapi dibarengi banyak cerita pengalaman. Menua itu pasti. Nikmati" @FiersaBesari

Saya mengangumi beberapa nama terkenal, yang semakin tua semakin tampak wibawanya. Orang-orang dengan inner beauty, buah pemahaman atas perjalanan hidup yang telah ditempuh. Mereka menapaki fase demi fase hidupnya, mengisinya dengan hal-hal yang memberi value.

Misalnya, Prof Quraish Shihab, KH Mustofa Bisri, di kalangan seniman saya cukup kagum dengan (alm) Sophan sophian, Iwan Fals, Ebiet G Ade, dan Christine Hakim. Selain itu masih ada nama-nama lain, sebagian masih seumuran saya--- menjelang setengah abad. Tetapi memiliki kontribusi, bagi lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

Saya mengagumi nama-nama tersebut, untuk alasan keilmuan, untuk dedikasi, untuk ketekunan, atas totalitas dan orientasi kemanfaatan yang secara konsisten diupayakan. Mereka mengerjakan bidangnya, sudah bukan untuk diri sendiri. Tetapi yang dikerjakan ada value, berdampak jangka panjang.

Ya, orang-orang yang saya kagumi, tak focus pada soal terlihat awet muda atau tampak menua. Mereka memikirkan apa yang bisa dilakukan, sehingga memiliki dampak bagi kebaikan orang banyak.

tangkapan layar-dokpri
tangkapan layar-dokpri

Karena menua adalah bagian dari hukum alam, tidak bisa dihindarkan dan tak bisa disangkalkan. Persoalannya adalah, bagaimana kita mengisi waktu di perjalan menuju tua tersebut. Sehingga buah dari hari panjang menuju tua, adalah menjadi pribadi yang lebih bijak memandang hidup.

Seperti cuitan akun (at)fiersabesari,(intinya) bahwa menua itu menyenangkan. Asal dibarengi kematangan berpikir, keluasan kesabaran, cerita pengalaman, dan hal-hal baik lainnya. Kalau sudah demikian sudut padang dibentuk, seharusnya kita tidak usah repot-repot menolak tua.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun