"Kalau sekiranya masih bisa dirawat mandiri, sebaiknya hal ini saja Pak dilakukan," saran dokter klinik langganan.
Inilah Kesempatan Ayah untuk Meraih Sebaik-baik Sedekah
Membaca postingan Ustad Fitrian Kadir, membuat saya berkilas balik. Tak hanya ke masa pandemi di puncaknya, tetapi lebih jauh ke belakang. Ketika jagoan saya -- kini sudah perjaka--, kemana-mana maunya digendong ayahnya. Saat itu belum genap dua tahun usianya, tiba-tiba buah hati muntah-muntah. Makanan atau minuman apapun diasup, tak lama kemudian keluar dari mulut mungilnya.Â
Saya dan istri yang masih minim pengalaman, dibuat bingung dan kelabakan. Selang beberapa tahun, anak kedua juga sakit saat baru tegap berjalan
Postingan sang ustad (total ada 9 slide), membangkitkan kenangan memantik permenungan. Tentang perspektif orangtua, meraih golden moment dari rasa sakit buah hati dikasihi. Menimang anak semasa balita, sebaiknya jangan dilewatkan para ayah dan bunda. Karena masa-masa itu hanya sebentar, dan tak bakalan kembali.
Ketika anak beranjak besar, selain dia tak mau digendong, kitapun orangtua tak lagi kuat menggendongnya. Jelas, secara usia ayah dan ibu akan menua, dan dari sisi fisik dan tenaga dijamin menurun.
Di postingan slide 3, "Maka ketika balita anda sakit, dan biasanya selalu minta digendong sambil berdiri, tanpa kenal siang dan malam. Nikmati saja itu. Karena akan ada waktu dimana kita tak pernah bisa lagi menimang mereka seperti itu, dan itu sebentar lagi".
Sebagai orangtua, pasti dituntut berkorban banyak hal. Dulu saya, ketika anak masih balita dan sakit, musti  melekan sepanjang malam. Sementara pagi harinya, harus siap-siap mandi dan berangkat ke kantor. Tak ayal, di tempat kerja kelopak mata sangat berat untuk dibuka. Sepulangnya rumah berantakan, karena istri repot mengurus anak.Â
Namun saya meyakini, memang ini fase harus dihadapi. Benar kata Ustad Fitrian, "Nikmati Saja"
Postingan di slide 6 (ada di awal tulisan ini), sungguh bagi saya sebagai sebuah oase. Bahwa apapun kebaikan yang para ayah lakukan untuk keluarga, sesungguhnya tidak ada yang sia-sia. Seketika saya merasa, bahwa kita yang dipercaya (oleh Allah) menjadi ayah, sebenarnya sedang dianugerahi sebuah privilege.