Ya, kebahagiaan datang sedemikian random dan abstraknya. Bisa muncul dari sebab-sebab sepele, pun dari ha-hal yang butuh usaha ekstra. Sehingga bahagia, bisa diupayakan dan diraih oleh siapa saja. Letak bahagia tiada tertebak, tetapi dengan mudah bisa ditemukan pencarinya.
Ayah dengan sikap terbaik, adalah ayah yang mempersembahkan bahagia. Ayah terbaik, adalah hadiah tak terbeli dengan apapun. Ayah yang membawa hati ringan tanpa emosi, adalah hati yang tak terukur sekadar materi. Di keluarga, ayah laksana pusat galaksi, ibu ibarat planet mengitari. Anak anak bagai gemintang, menghiasi tata surya menebarkan mutiara.
Ketika setiap peran, berjalan sesuai tugas dan fungsinya. Niscaya cita-cita bahagia, bukan halusinasi atau fatamorgana. Karena keberadaan ayah, ibu, dan anak, sunatullah-nya adalah saling melengkapi.
Ayah yang Sayang Keluarga Berarti Sedang Menyayangi Diri Sendiri
Suatu waktu, ketika keuangan sedang longgar. Kami sekeluarga pernah, membuat perjalanan akhir tahun ke Jogjakarta. Perjalanan yang seru, bahkan dari persiapan keberangkat dengan kereta. Naik kereta ekonomi, kami start dari Stasiun Senen turun di Stasiun Lempuyangan.
Sesampai tujuan, kami menyusuri sepanjang jalan Malioboro. Kemudian menerobos jalan bawah tanah, sumur Gumuling di taman kota. Sembari menilik kisah lama kraton Jogjakarta, yang penuh cerita. Lanjut dengan bersantap pecel di sudut pasar Beringharjo, memanjakan selera lidah jawa saya.
Keesokan hari, dengan bus TransJogja mengelilingi kota budaya. Kontur jalanan cenderung tidak rata, membuat sensasi tubuh seperti dikocok dialami. Saya yang naik sembari berdiri, hampir terjungkal akibat rem mendadak. Tak urung, canda tawa bahagia anak dan istri, menularkan bahagia sang kepala keluarga.Â
Saya merasa telah, menghadir diri di hati pecinta. Tanpa berharap besar balas, jerih payah itu kan ukiran i hati anak dan belahan jiwa. Ayah  yang berhak dikalungi predikat dicinta, adalah ayah yang pasang badan bagi keluarganya. Tak berhitung untung rugi, karena melahirkan hati penyayang tak terbilang materi.Â
Karena kebahagiaan anak-anak dan istri, sejatinya bahagia ayah itu sendiri. Ya, ayah yang sayang keluarga, berarti sedang menyayangi diri sendiri. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H