Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Justru Duka yang Membuatmu Dewasa

3 Juli 2022   10:41 Diperbarui: 3 Juli 2022   10:44 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pandemi mulai mereda, saya baru merasakan hikmah yang luar biasa. Kesadaran mendalam, tentang pengakuan betapa lemah manusia. Hal-hal yang sebelumnya (saya anggap) biasa bahkan cenderung abai, tiba-tiba terasa begitu besar maknanya.

La qaula walla quata illa bilah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan Allah semata.

Semasa pandemi, (secara pribadi) saya mengalami pergulatan. Sempat di fase kesempitan, istri dan anak diuji sakit.  Tantangan semasa pandemi, memerlukan kesabaran untuk menghadapi. Saya sempat merasa (seperti) berada di titik nadir, keadaan yang empat puluh tahun lebih (usia saya) baru dialami.

Sementara saya type, orang yang merencanakan sesuatu di masa mendatang. Terutama untuk hal-hal penting, dari dulu saya terbiasa menyiapkan jauh hari. Biaya sekolah anak, membeli kendaraan, membeli tempat tinggal, saya atur sedemikian rupa.

Tetapi pandemi, seolah menghadapkan pada situasi tak disangka. Rencana manusia, sangat bisa tidak sejalan dengan kenyataan. Semua yang ada diangan-angan, mendadak mentah jauh dari keinginan.

Tetapi betapa hikmah besar,  justru menghampiri dalam situasi sedemikian sulit. Saya seperti dihantarkan, pada sikap pasrah dan berserah.  Saya bisa merasakan syahdunya, melangitkan doa saat sedang berduka.

Pandemi membukakan mata, bahwa kekuatan doa benar adanya.  Bahwa doa yang memberi kekuatan, hingga diri masih sanggup berdiri di atas kaki.  Bahwa doa sanggup memupuk asa, meski jalan berkelok dan sulit tengah ditelusuri.

Jatuh tersungkur bisa dialami siapa saja dan kapan saja. Bahkan si perencana kehidupan handal sekalipun, mau tak mau dituntut takluk pada suratan takdir. Bahwa semua yang telah diusahakan, bisa saja lenyap dalam sekejap mata.

Tetapi kesadaran itu, yang akan menumbuhkan pemahaman. Melahirkan sebuah penyikapan baru, bahwa dibalik ujian ada hikmah tak terkira.

Justru Duka yang Membuatmu Dewasa

Duka di masa pandemi, sebagian besar kita mengalami. Tetangga saya, dirumahkan dari kantor tempat bekerja. Sementara di rumah, istrinya baru beberapa bulan melahirkan. Kemudian ibu penjual nasi uduk, terpaksa tutup karena dagangan sering tidak habis.

Kesedihan demi kesedihan, berseliweran dan terposting di media sosial, terjadi di lingkungan sekitar, mendekat di lingkaran terdekat, bahkan terjadi di diri atai keluarga sendiri. Tak ayal air mata tumpah, mengiringi derita sedang dialami.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Sungguh, tidak ada yang sia-sia dalam kasih penciptaan-Nya. Saya mendapat pencerahan, tentang kehati-hatian dalam dalam bersikap dan berucap. Manusia diadakan bukan sebagai makhluk sempurna, sangat sering terpeleset dan dikuasai ego.

Seketika saya tersadarkan, betapa banyak dosa kesalahan dilakukan selama. Entah sengaja atau tidak, entah sebatas bersitan niat, atau telah dilakukan. Namun semua itu, sangat mungkin membersitkan luka di hati sesama.

Dan kedukaan dialami, telah membukakan lebar dua bola mata. Bahwa diri ini, sangat jauh dari kata ideal. Bahwa kebaikan- kebaikan yang ditampilkan selama ini, sangat mungkin disusupi dan disisipi maksud buruk. Meski sedemikian halus ibarat hanya sehelai rambut, sebuah niat jahat tetaplah jahat.

Pandemi dua tahun terakhir, tak dipungkiri telah menggores luka. Namun kalau tidak demikian keadaannya, kemungkinan sikap dewasa tiada didapat. Kita musti meyakini dalam kasih penciptaan-NYA, tiada tujuan lain kecuali untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Justru duka yang membuatmu dewasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun