Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya Berguru pada Ibu dan Ayah

9 Mei 2022   13:04 Diperbarui: 9 Mei 2022   13:23 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"O gitu"

Kepala itu manggut-manggut pelan, meski sedang berpikir keras. Mencari cara, mengabulkan keinginan anak lanang. Entahlah apa yang berkecamuk, setelah itu lelaki murah senyum ini lebih banyak diam.

Sebulan kemudian, saya melihat motor tua bertangki biru muda. Nangkring di sudut teras, dan menjadi barang termahal di rumah kami. Senyum si sulung mengembang, memperlihatkan deretan gigi tak teratur itu. Si ayah membalas, meski tampak menyembunyikan beban.

Sejak saat itu, motor secondyang dibeli secara kredit tak pernah dinaiki. Setelah serah terima, langsung dibawa mbarep ke kota. Satu atau dua minggu sekali, roda dua dibawa pulang ke rumah. Dan ayah, mencuci motor yang dibeli dengan seluruh keringatnya.

Saya sangat paham, keadaan memaksa orangtua kami lebih berhemat. Selain membayar uang kuliah yang tidak sedikit, kini ditambah cicilan motor sekian puluh bulan. Tetapi ayah, tak menunjukkan kesah, di depan kami anak-anaknya.

Saya Berguru pada Ibu dan Ayah

 

dokpri
dokpri

Dua wajah nampak menua, bersanding di sisi kiri panggung pelaminan bungsunya. Pasangan dengan liku perjalanan, nyaris setengah abad bergandeng tangan. Pernikahan saya, si bungsu. Seolah menjadi tanda, rampung tugas mengantarkan anak-anak.

Sepasang kakek nenek, dengan selusin cucu pelipur hati. Menggantikan sekian nestapa, yang bersama telah dihadapi. Suka dan duka, disikapi dengan rasa sama. Toh, masing-masing dipergilirkan. Toh, keduanya silih berganti dihadirkan.

Ibu dan ayah, kepada kalian saya berguru. Belajar tentang kesetiaan, ketangguhan, keikhlasan, pengertian, menghargai. Dan tentang tanggung jawab pada kehidupan, yang kalian teladankan. Aku, lelaki belum seberapa perjalanan. Tertatih mengeja peristiwa kehidupan.  Aku ragilmu, sedang di onak duri dan badai.

Saya berguru kepada ibu dan ayah, bahwa hanya dengan mem-baja-kan keyakinan. Membuat mampu dan dimampukan, menempuh segala ujian kehidupan. Smoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun