Kompasianer's, masih dalam suasana Idulfitri. Perkenankan, saya menyampaikan mohon maaf lahir dan batin. Bagaimana lebaran teman-teman, semoga membahagiakan dan membawa kemanfaatan- amin.
Hari ketiga bulan syawal, sangat pas untuk memulai puasa sunnah 6 hari di bulan syawal. Mengingat dua hari bersantap menu bersantan, termasuk olahan daging. Puasa syawal, bisa menjadi cara mengistirahatkan kerja pencernaan.
----
Pagi ini, tak lama selepas sholat subuh.
Saya menyimak ulang kajian Ustad Fitrian Kadir lc, dengan tema "Potret Keluarga dalam Al Quran" dan sub tema-nya "ayah". Kajian yang mengingatkan saya pada (almarhum) ayahanda, sekaligus mengingatkan diri sendiri yang sudah menjadi ayah.
Ada bahagia yang menyeruak, mengetahui sebegitu istimewanya ayah hingga diulas kitabullah. Tugas ayah yang kompleks dan sangat tidak mudah, bersamaan itu disebut khusus dalam al quran
Jujurly saya merasakan, bhwa peran keayahan itu teruji di masa pandemi. Ketika lahan menjemput nafkah (seolah) terbatas, sementara kewajiban tagihan ini dan itu tidak terbebas. Ketika pekerjaan (banyak) dibatalkan, sedang membayar uang sekolah tetap harus tertunaikan. Sebagian ayah ada yang dirumahkan, karena tempat bekerja gulung tikar.
Sungguh, keadaan yang tidak mudah dan mengaduk-aduk emosi Bisikan setan terus menggoda, pada ajakan berputus asa dan berpaling doa. Hingga tausiyah seorang ustad, "bahwa sabar adalah amalan penduduk surga", tertancap di benak. Bahwa masa sulit harus dimaknai dengan benar. Masa sulit bagi orang beriman, adalah kesempatan memraktekan amalan sabar.
Bersamaan itu, ada yang saya syukuri di masa pandemi. Adalah dimudahkan mengikuti kajian demi kajian, menimba ilmu dari samudra yang tak bertepi . Tausiyah para ustadz di ilmuinaja, menjadi alasan untuk menguatkan iman. Â Terkhusus tema "Potret Keluarga dalam al Quran", menghadirkan pencerahan menjalankan tugas ke-ayah-an.
Wallahu alam bishowab.
Sebegitu Hebatnya Al Quran Memotret Kedudukan Ayah
Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun, waja'alna lil muttaqina imama.
Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa."
Saya yakin, sebagian besar Kompasianer (muslim) sangat familiar dengan doa di atas. Doa powerfull dimintakan Ibadurrahman (Hamba-nya Yang Maha Penyayang), sebagai penutup sifat (ibadurrahman) yang ditujukan untuk keluarga.
Saya sangat terkesan, cara Ustad Rian memberikan ulasan. Beliau memulai, dengan mengurai tiga pihak disebutkan di doa ini. Yaitu diri sendiri (kepada kami), pasangan (istri - istri) dan anak (keturunan).
Selanjutnya, doa ini menyampaikan adab berdoa. Bahwa ketika mengucapkan (doa) sesuatu, esensi sesuatu itu juga ditujukan untuk diri sendiri. Ketika kita minta penyenang hati, maka dirinya juga (diharuskan) menjadi penyenang hati. Ketika minta dijadikan pemimpin orang bertakwa, maka si pendoa meminta menjadi bertakwa.
Cukuplah dari doa singkat ini, saya dibentangkan  amazing-nya quran. Hikmah yang dikandung kitab suci bersayap, bahkan berkait dan berkelindan dengan doa di ayat lainnya. Dari doa ini saya tersadar, bahwa rumah sejatinya tempat yang sangat istimewa. Yang mengantar penghuninya, pada jalan mencapai jannah/ surga.Â
Bahwa rumah adalah salah satu ayat Alloh SWT, dimulai dari pernikahan/ijab yang menjadi bagian dari ayat-NYA. Dan dari pernikahan, melahirkan orang-orang yang bertakwa (bagian dari ayat Alloh), dan seterusnya. Sekiranya penasaran, sangat bisa membuka hikmah Quran melalui keluarga.Â
Sebagaimana kita memerhatikan al Quran, maka (otomatis) sebagaimana kita memerhatikan keluarga.
-------
Sebuah organisasi atau perusahaan, memerlukan struktur kepengurusan agar roda organisasi berjalan. Pun di rumah tangga, struktur semisal sangat dibutuhkan. Struktur yang fungsinya membagi tugas, dengan aturan syariat yang diikat dalam bentuk cinta. Islam menempatkan peran lelaki sangat mulia, sebagaimana peran perempuan. Semua sesuai takaran, semua sesuai porsi demi kebaikan manusia. Dan dalam struktur keluarga, Â responsibility itu diletakkan di pundak laki-laki.
Laki-laki diamanahi sebagai qowwam (pemimpin) dalam keluarga, tugas yang sangat istimewa. Dan untuk fungsi tersebut, niscaya Alloh menganugerahi potensi untuk menjalankannya.
So, di masa pandemi yang (kelihatannya) sulit, ayah janganlah mudah berkecil hati. Mari ayah, menjalankan tugas mencari nafkah semaksimal kita bisa. Mari kita tunjukkan, bahwa kita terus bergerak meski tertatih, kita tak berhenti berusaha meski terseok-seok.
Karena ketika di doa ayah mohon "dijadikan pemimpin orang bertakwa", mari ayah memulai menjadikan diri bertakwa. Seperti halnya, ingin punya keluarga bersukur, ingin istri dan anak yang taat. Kita para ayah, musti memulai menjadi orang bersyukur dan taat. Karena si kepala keluarga, adalah teladan bagi istri dan anak-anaknya.
Pandemi, kalau boleh diibaratkan batu ujian ke-qowwam-an ayah. Saatnya ayah membuktikan, setangguh apa mengemban amanah istimewa itu (sebagai kepala keluarga). Sekaligus menjadi kesempatan ayah, membuktikan sesyahdu dan sekhusyu apa berserah mengadu kepada Rabb-nya.
Al quran memotret kedudukan lelaki sedemikian hebat, tentu bukan tanpa sebab dan alasan. Karena Alloh SWT, telah membekali lelaki dengan potensi. Tinggal tugas ayah, mengeluarkan potensi dari dalam dirinya. Sebagai kesempatan membuktikan. Bahwa ayah layak, dimasukan golongan ibadurrahman.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H