Rasulullah Muhammad SAW, manusia mulia yang keteladanan beliau aktual hingga akhir jaman. Kita umat muslim, pasti hafal di luar kepala sifat mulia Kanjeng Nabi. Yaitu Siddiq artinya jujur atau berkata benar. Amanah artinya bisa dipercaya, fathanah adalah cerdas dan tabligh artinya menyampaikan.
Saya pernah membaca kitab Shirah Nabawiyah, berisi perjalanan hidup Baginda Nabi dari lahir sampai menghembuskan nafas terakhir. Empat sifat tersebut di atas, adalah gambaran karakter di sepanjang kehidupan beliau.
Kita manusia biasa, tidak luput dari kesalahan dan dosa. Mustahil bisa mengikuti akhlak sempurna Rasulullah. Kecuali tak putus asa meneladani, berusaha menerapkan sebisanya semampunya. Meski tidak jarang, sangat mudah terpleset pada sifat ujub dan riya.
Setan benar membuktikan janji. Akan menggoda anak keturunan Adam, dengan segala cara dan dari seluruh penjuru arah mata angin. Agar manusia mengikuti jejaknya, agar nereka dipenuhi dengan manusia berada di kelompoknya.
Hikmah Ramadan sungguh dahsyat, ajang menasehati dan membenahi diri. Menyadarkan diri sendiri, Â sangat jauh dari kata sempurna. Segunung kesalahan dan dosa, tak sebanding dengan merambatnya usia dan menua.
----
Dua tahun lebih, kita menghadapi masa pandemi. Wabah virus membawa manusia, pada sebuah masa yang sama sekali tidak pernah diperkirakan. Telah meluluh lantakan (nyaris) semua aspek kehidupan, kita dihadapkan kenyataan yang tak mengenakkan. Banyak diantara kita dirumahkan dari pekerjaan, sehingga terbatas gerak menjemput nafkah kehidupan. Tak sedikit diantara kita atau orang terdekat, diuji sakit akibat virus bahkan (ada yang) menemui ajal.
Kita berada dalam situasi serba salah, mengikuti anjuran tinggal di rumah tetapi hati ini sangat jengah. Â Memang senang bisa bersama keluarga seharian, tetapi pemasukan keuangan terabaikan. Saya pribadi kelimpungan, mengingat tugas sebagai kepala keluarga tak bisa diwakilkan. Tetapi tak henti mencoba mengais-ngais hikmah.Â
Berusaha meneladani (salah satu) sifat Baginda Nabi, tentang sifat keamanahan.
Meneladani Keamanahan Baginda Nabi Sebisanya Semampunya
Kompasianer, apakah kalian pernah memercayai atau dipercaya seseorang?
Memberi atau menerima kepercayaan, bagi saya hal luar biasa. Entah percaya ke seorang sahabat, atau ke ibu dan ayah, mungkin bisa ke kerabat dekat, atau ke siapa saja yang bisa dipercaya. Kepercayaan tumbuh, lazimnya memerlukan proses dan waktu yang panjang.
Kita memutuskan percaya, setelah meyakini orang tersebut layak dipercaya. Bahwa orang dipercaya telah membuktikan dirinya, dan lolos dari banyak skrining kejadian atau peristiwa. Sementara bagi dipercaya, biasanya juga tidak mau main-main. Ingin menjaga kepercayaan, sebisanya semampunya bahkan seumur hidupnya.
Dalam kitab Shirah Nabawiyah, saya dibuat terpesona akhlak Rasulullah. Ketika berdagang, Rasul menjalankan syariat jual beli sebegitu baiknya. Tidak menahan hak orang lain, dan tidak membohongi konsumen  soal kualitas barang. Khadijah sang saudagar menaruh kepercayaan penuh, akibat sifat amanah yang dimiliki Rasulullah. Hingga perempuan mulia jatuh hati, bersedia diperisitri Baginda Nabi. Siti Khadijah mendampingi perjuangan sang suami, rela mengeluarkan harta dimiliki.
-----
Kompasianer, beruntunglah menjadi orang yang dipercaya. Orang tersebut memiliki ruang khusus di hati, diistimewakan oleh orang yang memberi kepercayaan. Itu baru orang dipercaya orang, sebegitu luar biasa dampaknnya. Bagaimana, kalau yang memberi amanah atau kepercayaan adalah Alloh SWT. Tuhan semesta alam, Tuhan yang menciptakan kehidupan seisinya.
Saya sangat yakin. Bahwa menjadi suami, menjadi ayah, menjadi kepala keluarga adalah amanah kehidupan. Ketika Alloh memberikan amanah itu, artinya Alloh memercayai kesanggupan kita untuk menjalankan tugas.
Memang sangat tidak mudah, menjalankan amanah (sebagai kepala keluarga) di masa pandemi yang sulit ini. Tetapi tidak ada pilihan lain, kecuali terus bergerak dan berusaha sebisanya semampunya. Manusia dibekali akal pekerti, untuk mencari solusi atas setiap masalah yang mendera.
Kebisaan menulis saya asah dan terus, sembari mencari peluang di bidang lain. Saya ikut berjualan dagangan beberapa kenalan, disamping istri menjadi reseller aneka makanan. Flyer jualan kami pasang di chanel online, kami berbelanja barang sesuai pesanan yang masuk. Kalau sedang tidak ada job menulis, saya yang mengambil dan mengantar orderan istri.Â
Meski tertatih dan jatuh bangun dialami, berdua kami berusaha menikmati berlikunya perjalanan ini. Dan gandeng tangan suami istri itu, terasa semakin eratnya.
Meneladani keamanahan Baginda Nabi sebisanya semampunya, bagi saya adalah pilihan sangat tepat. Sembari meyakini masa berat akan berlalu. Dan di ujung jalan, niscaya akan mendapati diri dalam keadaan baru. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H