Kompasianer, apakah kalian pernah memercayai atau dipercaya seseorang?
Memberi atau menerima kepercayaan, bagi saya hal luar biasa. Entah percaya ke seorang sahabat, atau ke ibu dan ayah, mungkin bisa ke kerabat dekat, atau ke siapa saja yang bisa dipercaya. Kepercayaan tumbuh, lazimnya memerlukan proses dan waktu yang panjang.
Kita memutuskan percaya, setelah meyakini orang tersebut layak dipercaya. Bahwa orang dipercaya telah membuktikan dirinya, dan lolos dari banyak skrining kejadian atau peristiwa. Sementara bagi dipercaya, biasanya juga tidak mau main-main. Ingin menjaga kepercayaan, sebisanya semampunya bahkan seumur hidupnya.
Dalam kitab Shirah Nabawiyah, saya dibuat terpesona akhlak Rasulullah. Ketika berdagang, Rasul menjalankan syariat jual beli sebegitu baiknya. Tidak menahan hak orang lain, dan tidak membohongi konsumen  soal kualitas barang. Khadijah sang saudagar menaruh kepercayaan penuh, akibat sifat amanah yang dimiliki Rasulullah. Hingga perempuan mulia jatuh hati, bersedia diperisitri Baginda Nabi. Siti Khadijah mendampingi perjuangan sang suami, rela mengeluarkan harta dimiliki.
-----
Kompasianer, beruntunglah menjadi orang yang dipercaya. Orang tersebut memiliki ruang khusus di hati, diistimewakan oleh orang yang memberi kepercayaan. Itu baru orang dipercaya orang, sebegitu luar biasa dampaknnya. Bagaimana, kalau yang memberi amanah atau kepercayaan adalah Alloh SWT. Tuhan semesta alam, Tuhan yang menciptakan kehidupan seisinya.
Saya sangat yakin. Bahwa menjadi suami, menjadi ayah, menjadi kepala keluarga adalah amanah kehidupan. Ketika Alloh memberikan amanah itu, artinya Alloh memercayai kesanggupan kita untuk menjalankan tugas.
Memang sangat tidak mudah, menjalankan amanah (sebagai kepala keluarga) di masa pandemi yang sulit ini. Tetapi tidak ada pilihan lain, kecuali terus bergerak dan berusaha sebisanya semampunya. Manusia dibekali akal pekerti, untuk mencari solusi atas setiap masalah yang mendera.
Kebisaan menulis saya asah dan terus, sembari mencari peluang di bidang lain. Saya ikut berjualan dagangan beberapa kenalan, disamping istri menjadi reseller aneka makanan. Flyer jualan kami pasang di chanel online, kami berbelanja barang sesuai pesanan yang masuk. Kalau sedang tidak ada job menulis, saya yang mengambil dan mengantar orderan istri.Â
Meski tertatih dan jatuh bangun dialami, berdua kami berusaha menikmati berlikunya perjalanan ini. Dan gandeng tangan suami istri itu, terasa semakin eratnya.