Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sebab Kegagalan Ramadan adalah Salah Mendefinisikan

4 April 2022   08:45 Diperbarui: 4 April 2022   09:00 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah puasa, tergolong ibadah yang sangat istimewa. Selain tidak kasat mata, puasa adalah urusan seorang hamba dengan Tuhannya. Ya, puasa ibarat ibadah rahasia. Pasalnya hanya orang yang berpuasa sendiri (dan dipersaksikan Sang Khaliq), yang mengetahui kesungguhan puasanya. 

Ibadah puasa yang berhasil, niscaya membawa pelakunya ke level kemuliaan. Terpancar dari tindakan dan ucapan, teraplikasi melalui laku keseharian. Puasa memang rahasia dalam aksinya, tetapi output-nya bisa teridentifikasi.

Berbeda dengan ibadah lain, yang (relatif) bisa dilihat orang lain. Sehingga sebegitu mudah, disisipi bisikan setan yang tak lelah menggoda. Misalnya sedekah atau zakat, sangat mungkin disaksikan orang lain. Ketika menyerahkan zakat ke pengurus masjid, atau mengulurkan sedekah ke (misal) pengemis. Besar peluang muncul benih riya, berharap puji puja orang yang melihatnya.

Misalnya menunaikan umroh atau haji, ibadah yang sangat bisa dirasuki hasrat pamer atau riya. Membagikan foto dan atau video, agar dikomentari dan dilabeli sebagai orang soleh solihah.

Sementara puasa sungguh unik, amalan yang sama sekali tidak tampak di bola mata. Orang lain akan kesulitan, mengira apakah seseorang sedang puasa atau tidak. Karena orang tidak puasa, bisa mengaku dirinya berpuasa. Atau memang niat puasa, siang hari ngumpet untuk makan, setelah itu mengaku puasa.

Memang, puasa tidak terlihat di mata awam. Tetapi kemungkinan gagalnya, tetap saja tak bisa dihindarkan. Menjadi tugas manusia, menggali ilmu dan mempelajarinya, serta taat menjalankan syariat.

----

Tangkapan layar - dokpri
Tangkapan layar - dokpri

Ustad Budi Ashari, Lc dalam sebuah kajian, beliau menjelasakan alasan Ramadan menjadi bulan yang dimuliakan. Karena di dalamnya kitab suci Al Quran diturunkan. Kitab yang menjadi petunjuk, penjelas dan pembeda orang beriman dan tidak beriman.

Meski demikian Alloh SWT memberi kemudahan bukan kesukaran, bagi yang sakit atau dalam safar/ perjalanan bisa membatalkan puasa dan menggantinya di hari lain. Karena puasa ditujukan untuk orang-orang yang beriman, maka Quran mengawalinya dengan sebutan "Ya Ayyuhalladzina Amanu" -- wahai orang-orang yang beriman.

Sebegitu istimewanya Ramadan, rasanya seharusnya setiap detik sangat sayang kalau dilewatkan.  Kita musti membuka diri untuk selalu bermuhasabah, tidak lekas puas dengan sedikit pemahaman dimiliki. Konsistensi  menjadi sangat utama, disertai kewaspadaan terhadap setan yang menjadi musuh abadi manusia.

Setan dengan tipu muslihat, dia tidak pernah rela manusia menjadi taat. Segala jalan dan cara ditempuh, demi membelokan setiap bersit kebaikan. Sehingga manusia terjerembab dalam gagal. Termasuk gagal, mendapatkan keutamaan bulan suci Ramadan.

Sebab Kegagalan Ramadan adalah Salah Mendefinisikan

Masih dari tausiyah Ustad Budi Ashari, bahwa soal paling mendasar penyebab kegagalan Ramadan, yaitu "salah mendefiniskan". Kita menerjemahkan  awal dan akhir Ramadan, jauh dari definisi para Salafus Soleh di jaman Baginda Nabi.

Adalah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas'ud,  keduanya mengawali Ramadan siap lahir batin diniatkan khusyu ibadah. Mengisi hari-hari di bulan suci, dengan menyedikitkan urusan duniawi. Di hari terakhir Ramadan bersedih, seolah tak rela esok adalah hari penghabisan Ramadan. Saat Ramadan benar diujung dua sahabat introspeksi, berbela sungkawa sekira amalan Ramadan tertolak.

Sangat berbeda dengan kita, (mengaku) umat Rasulullah di akhir jaman. Mengawali Ramadan, diisi susunan rencana bukber. Satu dua hari pertama, berbondong taraweh ke masjid. Seminggu belum genap sudah absen, mulai memikirkan paket lebaran, mengurusi anak ikut pesantren kilat di sekolah. Menjelang hari terakhir, sibuk berburu tiket mudik, belanja parcel dan baju, demikian seterusnya.

Tak mengherankan, jika kualitas ibadah Ramadan kita sekedarnya saja. Ritual ibadah hanya sebatas seremony, sama sekali tidak menyentuh hakikat ibadah -- Ya Rabb, saya tersentil banget di bagian ini. Puasa kita sekedar menahan lapar dan haus, sholat fardu dan taraweh tidak ada nyawanya, sedekah, zakat, dan ibadah hanya di kulit saja.

"Ramadan kita biasa saja karena dimulai dan diakhiri dengan biasa," ujar Ustad Budi.

Ilustrasi - dokpri
Ilustrasi - dokpri

------

Definisi Ramadan di generasi terbaik jaman dulu, bisa kita temui di kitab Lathaif Al Ma'arif ditulis Imam Ibnu Rojak Al Hambali. Salah satu ringkasanya adalah, bahwa di dalam bulan Ramadan ada hal hal lembut yang hanya dirasakan oleh yang bersungguh-sungguh. Sehingga hari hari di bulan Ramadan, menjadi hari yang efektif dan produktif.

Saya menarik satu kata kunci, yaitu bersungguh-sungguh. Kata manjur ini, bisa diterapkan di semua aspek kehidupan.

Dalam hadits Rabbani (hadits Hudtsi), "Seluruh amalan anak Adam untuk mereka sendiri, kecuali puasa. Sungguh, ibadah puasa itu untuk-Ku. Akulah yang langsung akan memberikan imbalannya. Puasa adalah perisai." (Shahh al-Bukhri: 1904).

Amal kebaikan di bulan Ramadan, dilipatgandakan 10 kali lipat bahkan seratus kali lipat. Karena anak adam telah meninggalkan syhawat (makan minum) karena Alloh SWT.  Untuk itu Alloh menghadiahi dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan saat berbuka dan saat berjumpa dengan Rabb.

Orang beriman disediakan chanel khusus, berdialog langsung dengan Alloh secara leluasa. Ramadan ingin menyampaikan makna, bahaw ada ruang yang hanya hamba dan Alloh saja mengetahui. Ruang itu adalah ruangnya jiwa/ ruh, untuk selalu tersambung dengan Sang Khaliq.

Sementara ujian medsos di era digital saat ini, dengan mudahnya kita mengumbar segala tentang diri ini. Kata viral menjadi dambaan banyak orang, menjadi jalan keterkenalan. Sampai-sampai menyisakan sangat sedikit ruang privat, yang hanya diri sendiri (dan Alloh tentunya) mengetahui.

Mumpung masih awal Ramadan, mari segera membenahi diri. Semoga Alloh ridho, kita menjadi pribadi yang lebih baik. -- semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun