Sementara itu, kebersihan toilet di fasilitas umum cenderung beragam. Kalau tidak kotor dan jorok, bersihnya standart saja. Yang membuat sedih, posisi toilet bersebelahan dengan mushola. Sehingga kondisi tempat ibadah sangat seadanya, sebelas dua belas dengan toilet.
Menyoal toilet di fasum, ada yang lantainya basah menggenang, kotoran bekas sepatu membekas, kaca wastafel buram, pintu toilet tidak bisa dikunci, tidak ada paku untuk gantungan celana, kran rusak hanya disumpal plastik dan sebagainya.
Sampai akhirnya saya ke stasiun Jurangmangu, kemudian hal tidak baik tentang toilet di fasum terbantahkan. Kesan bersih dan kinclong itu jelas, saya rasakan dari depan toilet. Di belokan ke penunjuk toilet, disambut tanaman hias di pot kecil yang ditata dengan alat terbuat dari besi tebal.
Tanaman hias masih mendominasi, kali ini ditempel di dinding sepanjang lorong. Sebelum benar-benar sampai toilet, ada musholla yang tak kalah bersihnya. Masuk ke toilet di stasiun Jurangmangu, saya susah membedakan dengan toilet mal.
Malah di toilet stasiun Jurangmangu, ada yang berbeda dibanding toilet mal. Adalah (lagi-lagi) tanaman hias, di letakkan di tempat yang membuat enak dilihat. Kaca di dinding wastafel kinclong, lalat bisa kepleset kalau hinggap.
Kebetulan ada mbak Nanik, petugas kebersihan yang sedang bertugas. Dari beliau saya mendapat informasi, bahwa soal kebersihan menjadi concern di Stasiun Jurangmangu. Ada standard diberlakukan, setiap petugas yang piket wajib menjalankan.
Khusus toilet, setiap pergantian shift selalu dichek. Kewajiban petugas shift sebelumnya, memastikan toilet dalam keadaan bersih saat serah terima jam kerja. Dan di jam sibuk (berangkat dan pulang jam kantor), ada petugas kebersihan standby di depan toilet. Kalau ada kotoran, bisa diatasi dengan lekas.
"pantas" batin saya, sembari menyimak dan manggut-manggut. Berharap kondisi toilet di stasiun lainnya, bisa menyamai toilet stasiun Jurangmangu. Ya, toilet stasiun rasa toilet mall. Semoga bermanfaat.