"Ayah, soal nomor 5 ini hasilnya berapa?"
"Ayah, soal yang ada X kuadrat ini hasilnya berapa?"
Saya ayah, yang dulu (waktu sekolah) nilai matematika-nya pas-pasan. Kalau ditanya hitung-hitungan yang ada akar dan atau kuadrat, tiba-tiba kepala langsung kliyengan-- hehehe.
Bagi saya, pelajaran Matematika, Fisika, Kimia termasuk pelajaran berat. Hal ini saya rasakan, sejak berseragam biru putih. Dan bisa ditebak, setelah di bangku sekolah atas saya masuk kelas sosial. Tak urung saya salut dan kagum, dengan mereka yang jago dalam hitungan pun ilmu pasti.
Sebagai orangtua, saya sangat mendukung buah hati menguasai pelajaran eksakta. Mengingat tantangan di masa depan tidak ringan, persaingannya semakin berat dan tentu kompetitif. Bukankah keberhasilan anak di masa mendatang, dipengaruhi oleh keputusan yang diambil hari ini?
Orangtua yang awam ilmu pasti seperti saya, kini tidak perlu khawatir. Ketidakmengertian kita (terutama) di bidang matematika, kimia, dan fisika,sudah tersedia solusinya. Yaitu mengirim anak-anak ke bimbingan belajar (bimbel). Bimbel bukan sembarang bimbel, kita mesti memilih lembaga bimbel yang berpengalaman dengan reputasi bagus.
Di masa pandemi, mulai menjamur bimbel yang menawarkan konsep belajar online. Namun saya mendapati hal jamak, yaitu siswa diminta menonton video/rekaman penjelasan dari guru bimbel. Mungkin karena kelasnya massal, sehingga metode demikian dianggap lebih praktis.
Tetapi muncul rasa sangsi, terhadap kemampuan setiap siswa menyerap materi. Mengingat setiap anak memiliki karakter dan kemampuan berbeda, bisa jadi ada sebagian siswa mesti diberi penjelasan lebih detail. Belajar dengan (sekadar) menonton video, selain komunikasi berjalan satu arah otomatis tidak komunikatif. Saya rasa kurang efektif, jadinya buang-buang waktu.
Siswa (mau tidak mau) harus mengikuti video sampai selesai, meskipun (misal) di pertengahan penjelasan ada bagian yang tidak dipahami. Selesai menonton video, tidak paham dengan yang disampaikan guru. Dan sangat mungkin, tidak ada materi yang nyantol di benak.
Bimbel yang diadakan secara online, seharusnya tidak mengikis esensi kegiatan belajar secara offline. Yaitu tetap memberi suasana berdiskusi, ada ruang untuk tanya jawab menyangkal, atau siswa bisa bertanya langsung di bagian-bagian belum dipahami.