Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Relawan Ibarat Meniti Jalan Menuju Keajaiban

5 Februari 2022   06:47 Diperbarui: 24 Oktober 2023   07:41 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berkawan cukup baik, dengan beberapa orang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Mereka orang yang (bisa dibilang) mewakafkan diri, waktu, tenaga, pikiran bahkan uang untuk orang lain yang membutuhkan. Kebanyakan mereka hidup sederhana, egonya dinomorduakan dan atau dikelola dengan sedemikian baiknya.

Saya mengenal pendiri Pondok Lansia, yang beroperasi sekitar sepuluh tahun-an. Lelaki usia belum empat puluh tahun, darinya saya belajar banyak tentang kesabaran. Bertukar cerita dengan ayah dua anak ini, membuat saya merasa belum ada apa-apanya. Saya tiada seujung kuku, untuk ilmu mengasah empati dan berlapang dada.

Selanjutnya saya lumayan akrab, dengan seorang Ustad yang mengasuh Rumah Tahfids di daerah Tangsel. Sebagian besar santrinya anak yatim piatu dan dhuafa, sekuat tenaga si Ustad berusaha agar yayasan terus berlangsung. Saya menyaksikan sendiri, Ustad dan istri membahu menghidupkan kegiatan di Rumah Tahfids.

Satu lagi ada kenalan saya, seorang ayah muda yang mendirikan komunitas di daerah Rempoa Tangsel. Sebagian besar kegiatan ditujukan untuk kaum papa, demi terbit senyum di wajah dhuafa. Saya pernah membantu untuk khitanan massal gratis, selain itu ada donasi kacamata, mengadakan warung makan gratis setiap Jumat, taman baca dan lain sebagainya.

Masih ada beberapa nama lain saya kenal, yang kalau dikisahkan tidak akan lekas selesai. Kemudian dari mereka saya teryakinkan, betapa di dunia ini masih banyak orang baik. Orang-orang pemilik hati lembut, yang rela berkorban tanpa pamrih, meski jalan dilewati tidaklah mudah.

Mereka para relawan, yang mendapatkan kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain. Dan dari ketulusan hati mereka, tak jarang pintu- pintu keajaiban itu terbuka.

Menjadi relawan.| Dokumentasi pribadi
Menjadi relawan.| Dokumentasi pribadi

-----

Kompasianer, enak kali ya. Pas membutuhkan sesuatu, hajat bisa terwujud di waktu yang tepat. Misalnya pas butuh meja ngaji, ada orang yang mengulurkan tangan. Pas tanggal bayar sewa rumah, datang 'malaikat' menyelamatkan.

Begitu seterusnya dan seterusnya.

Haqul yaqin, keajaiban itu benar adanya dan bukan cerita bohong. Saya mendapati cerita keajaiban, dari teman-teman relawan yang telah mengalami sendiri. Mereka relawan terbiasa tak menuruti ego, tidak serta merta bertumbuh sombong atas pertolongan tiba-tiba itu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Saya manusia penuh dosa, belajar banyak dari teman-teman relawan yang luar biasa. Mencoba merenungkan dan memahami, bahwa di dunia ini ada keinginan yang diaminkan semesta. Keinginan yang lazimnya mengandung keutamaan, yang digunakan untuk kemanfaatan orang banyak.

Teman-teman relawan berhati malaikat, (menurut saya) berpeluang mendapatkan peng-amin-an semesta. Mengingat yang mereka lakukan, untuk kebahagiaan orang banyak dan dampaknya berkelanjutan.

Menjadi Relawan Ibarat Meniti Jalan Menuju Keajaiban

Teman yang pendiri Pondok Lansia berkisah, mengaku pernah berada di titik kritis baik dari sisi moril maupun materiil. Suatu waktu warga perumahan protes keras, tidak mau di kawasannya dijadikan operasional Pondok Lansia. Sementara menalangi dana operasional saja masih kebingungan, sekarang "diusir" dari rumah yang dikontrak.

Dalam keadaan kalut dan kebingungan, teman ini dipersuakan dengan keajaiban. Ada tamu tak dikenal, datang dan menawarkan lahan (di daerah Tiga Raksa) untuk ditempati panti. Tamu tersebut memberi kebebasan waktu pembayaran, bisa nyicil kalau ada uang.

Meski saat itu sedang kesulitan keuangan, tawaran yang ada tersebut diiyakan. Alhasil di akhir tahun 2021, semua lansia telah dipindahkan ke lokasi yang baru. Satu masalah terselesaikan sudah, menyusul masalah baru yang tak kalah menantang.

Kejadian semisal dialami Ustad pengasuh Rumah Tahfidz, yang membutuhkan lekar (meja mengaji) untuk lima puluh santriwati. Tak dinyana ada pengurus komunitas menghubungi, menyampaikan ada donatur yang ingin menyumbang mushaf Qur'an.

Karena stok Al Quran cukup banyak dan lumayan bagus, maka si Ustad mengusulkan agar dana dialihkan untuk pengadaan lekar. Gayung bersambut, pengurus komunitas menyanggupi kebutuhan Rumah Tahfids. Tidak sampai seminggu, meja lekar diserahterimakan dan santriwati bisa mengaji dengan nyaman.

Itu baru kisah dari dua relawan, masih banyak keajaiban saya dengar dari teman-teman berhati mulia. Mereka membukakan jalan kebaikan, tidak semata untuk diri sendiri tetapi untuk kemanfaatan orang banyak.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

------

Dari kisah teman-teman luar biasa tersebut, saya mereguk hikmah dan mendapati pencerahan. Bahwa keajaiban sangat bisa terjadi, ketika seseorang menjadikan dirinya sebagai jalan kemaslahatan orang lain. Ketika yang dikerjakan untuk menghadirkan kebahagiaan sesama, niscaya akan menjadi sebab kebahagiaan dirinya.

Siapapun bisa menjadi relawan, karena setiap orang dianugerahi kemampuan. Tinggal bagaimana mengolah (kemampuan), sehingga menjelma menjadi kemanfaatan untuk sesama. Setiap orang bisa bermanfaat, sesuai kapasitasnya.

Asalkan orang yang bersangkutan, rela menempuh proses panjang. Bersedia mengasah sikap empati dan mengelola ego diri, mengikis jumawa yang bisa bercokol kapan saja. Sehingga semesta mengaminkan hajat, sebagai jalan kemanfaatan orang banyak. 

Menjadi relawan, artinya menomorduakan diri sendiri. Tekun dalam kebaikan kecil, yang akan mengantarkan kepada lorong keajaiban demi keajaiban. Rasanya tak berlebihan saya menganalogikan, bahwa menjadi relawan ibarat meniti jalan menuju keajaiban.

Semoga bermanfaat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun