Menggawangi kegiatan berbagi di tahun 2021, ada satu moment indah dan tidak mungkin saya lupakan. Adalah ketika menyerahkan nasi bungkus, kemudian calon penerima menolak dengan nada tidak bersahabat.
Mendapati kejadian ini, seketika ada yang nyesek di dada. Tetapi setelah saya renungkan, pencerahan itu datang. Bahwa meniti jalan kebaikan, pasti ada ujiannya juga. Tidak semua orang menerima tidak setiap orang suka, dengan yang kita lakukan meski berupa uluran tangan.
Tetapi dari penolakan ini saya belajar, untuk meluruskan niat. Bahwa apapun reaksi diterima, jangan menjadi sandungan dan enggan  meneruskan langkah. Selama jalan ditempuh kebaikan, maka tidak perlu kecil hati dengan pengabaian.
Siapa mengira, justru kejadian (sekilas) tak menyenangkan itu menjadi moment indah 2021.  Ya, peristiwa ini (salah satu) yang menempel di benak, dibanding kejadian berbagi lain yang lancar jaya.
-----
Akhir bulan Januari nanti, kegiatan berbagi di komunitas kami terhitung dua tahun berlangsung. Banyak kejadian dilalui, entah itu suka maupun duka, baik menyenangkan atau menyesakan dada. Ide kegiatan berbagi ini sebenarnya spontan, dilontarkan salah satu admin Komunitas. Ketika itu yang bersangkutan mengikuti event online, hadir sebagai perwakilan komunitas. Maka atas kesepakatan bersama, diberi apresiasi sebagai pengganti kuota.
Melalui percakapan WA Group, si penerima kuota nyeletuk. Bahwa uang diterima, akan dibelikan nasi bungkus untuk kegiatan berbagi. Hari Jumat pertama bulan februari 2020, kali pertama dibagikan nasi bungkus membawa nama komunitas.
Saat itu pandemi baru di awal, maka dipilih sasaran penerima manfaat adalah pekerja di jalanan. Mereka adalah pemulung, tukang parkir, pengamen, pengemudi ojek pangkalan/ online, pengemis, dan lain sebagainya. Hari jumat di minggu berikutnya, admin lain dan member komunitas ikut berdonasi.
Setelah beberapa bulan kegiatan berjalan, ada anggota usul mengubah sasaran penerima manfaat. Si pengusul selama ini menjalankan kegiatan berbagi, menyasar ke lansia dhuafa di Pamulang Timur- Tangsel.Â
Alasannya berbagi ke lansia dhuafa sangat masuk akal, yaitu tubuh renta itu membuat tidak lagi produktif. Kebanyakan lansia hidup bersama anak cucu, yang secara ekonomi sangat pas-pasan. Sementara pekerja di jalanan, badan dan tenaga mereka masih kuat produktif.
Di kemudian hari saya membuktikan, turun ke lapangan membagikan nasi bungkus. Jumat pagi itu saya melihat, ada lansia sarapan hanya dengan nasi putih dicampur garam. Maka nasi bungkus dari komunitas, sangatlah membantu lansia mendapatkan variasi menu.
Penolakan Nasi Bungkus Itu Menjadi Moment Indah 2021
Kegiatan berbagi, akhirnya melibatkan donatur umum di dalamnya. Penggalangan dana melalui medsos, rupanya menampakkan hasil. Di tahun pertama kegiatan, alhamdulillah mendapat dukungan baik Kompasianer maupun non-Kompasianer.Â
Donatur yang berpartisipasi beraneka macam, ada yang perorangan, komunitas, ada yang menyumbang dalam bentuk barang. Misalnya teman yang punya usaha catering, mensupport nasi kotak. Kenalan yang manager sebuah perusahaan , menyumbang produk yang diproduksi di tempatnya bekerja. Kami pernah disupport buah, susu segar, kurma, camilan, dan lain sebagainya.
Dengan respon yang bagus, otomatis amanah kami emban bertambah. Maka selain yang berbagi rutin untuk lansia dhuafa, kami kembali turun jalan seperti di awal kegiatan.
------
Hari kamis biasanya saya koordinasi, dengan calon donatur yang sudah menyediakan diri. Teman pemilik catering, bersedia menyumbang sekian puluh nasi bungkus. Kemudian kami menentukan waktu, apakah untuk dibagikan pagi atau siang hari (selepas jumatan). Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya donatur memilih untuk makan siang.
Oke, selepas sholat jumat saya melucur ke lokasi. Setelah mengambil nasi bungkus, di perjalanan mulai membagikan ke orang yang ditemui di jalanan. Saya tidak asal membagikan, biasanya melihat sekilas pantas tidaknya orang yang diberi.
Mereka yang saya bagi, ada petugas kebersihan yang berpapasan saat menyapu di pinggir jalan. Tukang jualan keliling yang minim peminat, misal penjual korek gas, abu gosok, sapu ijuk, tukang yang menawarkan timbang badan, penjual poster anak, dan lain sebagainya.
Siang itu saya mendatangi kakek penjual tisu, yang berjualan tak jauh dari pemakaman. Saya mendekat dan menyerahkan nasi bungkus, namun dibalas dengan tanggapan tak mengenakan. Si kakek menolak dengan kasar, menunjukkan bahasa tubuh dan gumam tak bersahabat.Â
Seketika itu ada rasa kesal, tapi saya memilih pergi tanpa membalas. Saya melanjutkan keliling, mencari orang yang pantas menerima. Tiba-tiba ada yang membuat emosi mereda, ketika saya menemukan sebuah perspektif baru.
Bahwa moment indah, tidak selalu identik dengan kejadian menyenangkan saja. Tetapi kejadian yang melahirkan pemahaman baru, kejadian yang menumbuhkan sikap bijaksana, kejadian yang membuka sudut pandang lebih baik. Justru itulah, moment yang tak kalah indah.
Masa pandemi dua tahun terakhir, saya rasakan memberi banyak moment indah. Dan salah satu moment indah di 2021, adalah penolakan nasi bungkus saat menjalankan kegiatan berbagi.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI