Hari itu menjelang akhir tahun, saya ingin membuat yang tidak biasa untuk ibu. Membawa barang -- kado--, yang selama ini mungkin tidak nyangkut di pikiran ibu. Mengingat banyak kebutuhan mendesak dipenuhi, untuk keberlangsungan seluruh anggota keluarga. Saya datang besama mukena, yang setelah diselidiki harganya jauh lebih mahal dari yang dijual di gudang di Jalan Karet.
"Buk, monggo,"
"Iki isine opo"
Tanpa menunggu jawaban anaknya, tangan itu menguliti kertas pembungkus motif kembang warna hijau. Â Hanya dalam sejekab, mukena itu terbuka kemudian dibentang menutupi wajahnya. Â
"Ya Alloh, mukena apik banget. Iki kanggo ibuk ya le" kalimat ibu tersendat
"Enggih"
Mukena yang tadi dibentang, kini dicium menyapu sebagian wajah. Aroma kebaruan sampai di hidung, saya mendapati moment yang tak terdefinisi.
"Matur suwun, ya le"
Saya tak kuasa menjawab, kecuali mengangguk. Â Persis seperti yang dilakukan bapak senior, saat meluluskan keinginan saya menukar parcel.Â
.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H