----
Akhir pekan banyak warung tutup, saya memutuskan masuk ke Warteg Rapih Jaya. Menu khas warung tegal tersaji komplit, konsumen bisa memilih sesuai selera. Saya memesan nasi putih, sayur bayam (atau sayur bening), kentang balado, dan telur asin. Sementara untuk minum, memilih teh tawar hangat.
Pandemi memberi dampak signifikan, warung yang biasanya ramai pengunjung di hari kerja, belakangan mendadak sepi. Pendapatannya menurun, akibat pemberlakuan WFH (work from home).Â
Warteg yang telah berjualan sekitar 5 tahunan ini, terpaksa mengurangi porsi masak harian. Sang owner memiliki dua cabang (satu lagi di Bekasi), memberlakukan sistem subsidi silang agar warung tetap beroperasi.
Btw, dari sisi rasa untuk ukuran saya lumayan asin, terutama untuk kentang baladonya. Lebih-lebih setelah dimakan bareng telur asin, jadinya asin ketemu asin --salah saya juga sih. Untung ada sayur bayam di mangkok berbeda, rasa asin bisa ditutup dengan kuah berlimpah.
"Pak, kenapa kok dipoto- poto?" tanya mbak penjaga.
"Saya dapat tugas untuk posting di sosmed," jawab saya
Kesibukan saya sembari makan, rupanya diperhatikan dan membuat si mbak warteg penasaran. Apalagi saya juga bertanya ini dan itu, yang mungkin tidak dilakukan oleh pembeli lain. Sebelum beranjak saya memfoto gorengan, yang dari tadi menahan diri tidak mengambil (sedang diet ceritanya).
Setelah makan berat, kembali kami menyusuri trotoar sembari hunting makanan kedua. Mas Bule berhenti di gerobak roti Tan Ek Tjoan, sebagai bekal camilan untuk nonton bola malam hari. Saya memilih membeli rujak buah, yang gerobaknya ngetem di depan warung Ampera.
Dari kotak plastik bening, tampak irisan mangga, jambu air, jambu crystal , dan nanas ditata rapi. Dibandrol diharga 15 ribu, lengkap dengan sambal rujak dan garam lembut. Selain rujak buah ada rujak bebek (huruf "e" dibaca seperti benalu), dari tampilannya saya kurang tertarik.