Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

#KPKGerebek Menyusuri Kuliner Cikini Sembari Mengulik Nostalgia

26 Desember 2021   20:55 Diperbarui: 28 Desember 2021   16:41 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menu kurang familiar dijajal, nasi uduk dengan jengkolnya, gado-gado Betawi yang beda jauh dengan gado-gado di Surabaya. Ada menu yang membuat bingung adalah pecel lele/ayam, saya sempat protes karena tidak ada (sayur) pecelnya---hehehe.

Tempat makan di daerah Kwitang, Cikini, Gondangdia, Kramat, Matraman, dan sekitarnya kami jelajahi. Satu dua warung akhirnya menjadi langganan, selain harganya bersahabat, tempatnya enak, dan masakannya cocok. Apalagi si penjual ngobrol memakai boso Jowo, saya makin betah serasa tidak sedang di Jakarta.

#KPKGerebek  Menyusuri Kuliner Cikini Sembari Mengulik Nostalgi

Dokumentasi Mbak Yayat
Dokumentasi Mbak Yayat

Sesuai brief, pasukan KPK gerebek berkumpul di restoran siap saji. Dua belas Kompasianer datang tepat waktu, mengikuti briefing dan diadakan undian door prize. Selamat mbak Windu dan mbak Denik, mendapat buku dan oleh-oleh Mandalika. Setelah sesi foto-foto satu tim lengkap, kami menyebar berburu kuliner yang dijual UMKM. Saya dan mas Bule berjalan ke arah TIM, agar warung dan makanan dibeli tidak sama dengan peserta lain.

Menyusuri jalanan di Cikini Raya, saya seperti diajak kilas balik ke puluhan tahun lalu. Kali pertama merantau di ibu kota dan berkantor di daerah Kebon Sirih. Kalau sedang suntuk dengan kerjaan, lepas jam kerja saya nomat (nonton hemat) di bioskop (TIM) atau nonton pentas kesenian di pelataran TIM.

Kadang sholat di Masjid Jami' Al Ma'mur di Jalan Raden Saleh, dulunya adalah surau yang didirikan pelukis Raden Saleh tahun 1860. Berada di masjid yang juga cagar budaya ini, selain tempatnya adem bisa mengingat sejarah keberadaanya. 

Khusus kuliner di Cikini, dulu salah satu langganan saya adalah pecel khas Madiun di sebuah warung tenda. Semasa bujangan, saya kerap makan bareng teman satu divisi di tempat ini. Warung buka sore hari di sudut jalan gang, taste sambal kacangnya medhok sangat pas di lidah jawa saya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Jujurly di Gerebek KPK kali ini, mata ini mencari keberadaan warung klangenan ati itu. Tak terasa puluhan tahun sudah tidak mampir, setelah beranak pinak dan tinggal di daerah Tangsel. Apa daya warung dicari tiada, entah pindah, entah tutup dan tidak jualan lagi.

Tempat yang dulu akrab dan kerap saya sambangi, kini tampak banyak berubah. Warung beratap terpal enyah, berganti bangunan baru semi permanen. Selain tampak lebih modern, juga lebih bersih dan tertata rapi. 

Niat makan nasi pecel sayur diurungkan, dan beralih mampir ke warung yang ada. Makan menu sesuai ketentuan panitia, kali ini menjadi peserta manut biar diajak kegiatan selanjutnya---hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun