Kalaupun takdir berkata bahwa jodoh tiada di dunia fana, setidaknya usaha keras itu telah ditunjukan.Â
Pengin Pasangan Bukan Perkara Pengin Romantis- romantisan
Mentri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, perkembangan teknologi digital membawa ancaman bagi yang tidak melek teknologi. Tahun 2045, diprediksi akan banyak orang mengalami kesepian.
Membaca pernyataan bu Mentri, saya ingat status medsos seorang kenalan. Tentang kekecewaan kepada seorang (dianggap) sahabat, yang sangat dipercaya dijadikan tempat curhat. Teman ini akhirnya memendam sedih, kembali merasakan kesepian.
Bercerita sebenarnya membantu membuat plong, tetapi bocornya curhatan ke orang lain tentu membuatnya tidak terima. Padahal telah sedemikian kepercayaan diberikan, sahabatnya dijadikan tempat menumpahkan kegelisahan.
Meski tidak ikut mengomentari status tersebut, saya seperti mendapatkan insight baru. Inilah alasan setiap orang membutuhkan pendamping, inilah alasan setiap orang membutuhkan belahan jiwa.
Curhat bisa disampaikan ke siapa saja, tetapi soal menjamin kerahasiaan yang tepat -- selain Tuhan-- ada di pasangan. Tak berlebihan jika ada pengibaratan, bahwa suami adalah pakaian istri dan sebaliknya. Keduanya memiliki keterikatan, jatuh salah satu bisa berakibat pada keduanya.
Memiliki pasangan adalah bagian dari syariat agama, bukan sekedar untuk romatis-romantisan. Perjalanan pernikahan yang naik dan turun, nyatanya tidak menyisakan ruang untuk jaim dan selalu tampil sempurna.
Seiring berjalannya waktu, semua kebiasaan baik maupun buruk dari pasangan terkuak. Mulai dari kebiasaan terjeleknya, penampilan kucelnya, ngambeknya, ngeselinnya, nyebelinnya, bahkan nggemesinnya bisa muncul setiap saat. Dan pasangan dihadirkan, untuk menerima semua keadaan tersebut.
Bersama pasangan hidup, kita bisa berkomitmen mengatasi masalah demi masalah. Saling mengisi melengkapi, guna meniti dan menemukan hakikat kehidupan. Suami istri bersama berproses menuju dewasa, menumbuhkan sikap arif menyikapi setiap kejadian.
Menikah adalah menjalani pahit getir, berbagi suka dan duka, sehingga apapun suasana yang terjadi tidak ditanggung sendirian. Saya turut merasakan kedalaman pesan konten di medsos, bahwa pengin pasangan bukan perkara pengin romantis-romantisan.