Aneka kemampuan berbeda, konon juga dimiliki sahabat Kanjeng Nabi. Para sahabat memaksimalkan kemampuan mereka, demi dakwah dan kejayaan agama. Â Kemampuan semisal juga dimiliki manusia jaman sekarang, yang seandainya disatukan niscaya saling mengisi.
Yang mampu secara dana tapi terkendala kesibukan, bisa berkolaborasi dengan yang memiliki waktu luang waktu dan tenaga. Yang punya networking bisa memfasilitasi, yang ahli di bidang lain bisa menggunakan keahlian, begitu seterusnya.
So, berbagi tidak selalu dan melulu soal uang. Karena meski uang banyak, tetapi tidak punya akses berbagi jadinya tidak terwujudkan.
Kalau ada yang mengatakan, "Kalau nanti kaya, aku akan rajin berbagi", saya sangat menyangsikan kalimat ini. Seandainya si pengucap dasarnya gemar berbagi, dia akan memulai sekarang.
Mudahnya Berbagi Meski Dompet Sedang Sedikit Isi
Ada kejadian unik dilakukan seorang kenalan, yang memiliki niat berbagi di hari jumat. Sasarannya adalah pondok pesantren, yang santrinya dari kalangan yatim piatu dhuafa. Namanya pondok jumlah santrinya banyak (sekitar 60 anak), naasnya isi dompet teman menipis.
Jauh hari disiapkan strategi untuk direalisasikan, yaitu mencari akun Instagram yang feednya sering memasang kegiatan berbagi.
Setelah scrolling sana sini, akhirnya ditemukan satu warung makan. Tanpa pikir panjang langsung di-DM, menyampaikan maksud dan tujuan. Singkat cerita gayungpun bersambut, niat berbagi tersebut dilapangkan.
Saya turut bahagia, melihat teman ini bersemangat di Jumat pagi. Menjemput nasi kotak telah dipesan, untuk disampaikan ke pondok yang dituju. Saya dikirimi beberapa foto, berisi keseruan membawa kardus besar dan membagikan.
----
Saya meyakini, setiap orang dihadirkan di dunia dengan kebaikan-nya. Tugas orang tersebut, adalah merawat dan mengejawantahkan kebaikan.