Saya mulai diet tahun 2016, setelah jatuh sakit dan disinyalir terindikasi pelemakan hati. Bobot badan saya (kala itu) mencapai satu kuintal, sangat gampang kecapekan, punya jadwal kerokan, dan lari sebentar saja nafas ngos-ngosan.
Dokter menekankan harus mengubah gaya hidup, dan saya berjanji mematuhi. Kemudian hasil dari konsultasi ahli nutrisi, selembar kertas berisi daftar asupan harian saya jadikan acuan. Rasa sakit yang sangat cukuplah dirasakan sekali, berusaha melahirkan tekad meniti jalan hidup sehat.
Sayur, buah, air putih menjadi dominasi asupan harian. Olahan dengan direbus, dikukus, paling berat dibakar menjadi pilihan. Tak lupa olahraga ringan, mulai gerak badan, sit up/ push up, dan jogging. Betapa butuh komitmen yang kuat, untuk mengubah kebiasaan lama menjadi baru.
Seminggu pertama menjadi hari-hari cukup berat, badan lemas, kepala sempat kliyengan, fokus agak terganggu. Tetapi tak membuat gentar, mengingat ada tujuan besar sedang menunggu di depan sana---yaitu badan sehat.
Dalam sehari bisa lima kali BAB, dan warna kotoran itu cenderung hitam pekat. Dokter menjawab tidak masalah, warna gelap adalah tanda pembuangan racun dari dalam tubuh. Mendengar ini semangat mengganda, bertekad meneruskan yang sudah dimulai.
Masuk bulan pertama badan mulai enteng, tetapi lemak belum sepenuhnya hilang dan ngumpet di beberapa bagian. Bersamaan itu kebiasaan makan mulai terbentuk, badan lemas, kepala kliyengan parlahan berkurang.
Terhitung tiga bulan berjalan, kaos dan celana lama mulai kedodoran. Yang biasanya ukuran XL menjadi L, bahkan pernah iseng memakai ukuran M ternyata muat.
Kalimat Toxic Itu Melenakan Bisa Menggagalkan Dietmu!
Manusia tempatnya salah dan lupa, konsisten dengan kebiasaan baik betapa sangat mahal harganya. Nafsu selalu mengusik, menggoda dengan berbagi cara dan muslihatnya.Â
Mula-mula berdalih sesekali ngemil gorengan, sesekali minum es campur tak apalah, sesekali makan cake ulang tahun, dan tak disadari merembet ke sesekali-sesekali berikutnya.