Tahun ini adalah tahun ke tiga belas usia Kompasiana, menjadi tahun ke tujuh saya belajar menulis.
Dari platform menulis terkemuka ini, sejujurnya saya bisa belajar dan mendapatkan banyak hal tak terduga.
So, dari lubuk hati terdalam, saya sampaikan terima kasih banyak Kompasiana.
Disadari atau tidak, disangkal atau diterima, saya menemukan prespektif baru tentang hidup  diperantarai oleh Kompasiana.
Saya masih ingat, di bulan April 2014 kali pertama saya membuat akun, dan berikutnya menulis di blog keroyokan ini.
Awalnya di twitter saya mengetahui ada kegiatan Kompasiana Nangkring, dan iseng mendaftar via email meski belum punya akun.
Selanjutnya saya keterusan, mendaftar dan mengikuti acara offline Kompasiana.
Konon acara  Nangkring adalah acara unggulan, sekaligus favorit Kompasianer khususnya yang berdomisili di Jabodetabek.
Di Nangkring kami bisa saling bertemu dan kenal, ngobrol dan kemudian menemukan kesamaan minat dan hobi.
Saya rasa kegiatan kopi darat ini, menjadi (salah satu) cikal bakal ide dibentuknya komunitas.
Setahun menulis di Kompasiana, saya ditawari menjadi admin KOMiK (Kompasianer Movie enthus(i)ast Klub.
Tugas saya menjadi koordinator teman-teman yang hobi nonton, kala itu masih bersama Mbak Wardah Fadjri selaku admin Kompasiana.
Kegiatan KOMiK lumayan variatif, setelah 2018 mengajak Kak Dewi Puspa dan kak Dina Mardiana bergabung sebagai admin. Â
Kami bekerjasama dengan CGV, Kedutaan Prancis -- melalui IFI-- , hadir di acara Festival Film Europe dan lain sebagainya.
Awal tahun 2016, teman teman yang tinggal di Tangerang Selatan membentuk Ketapels -- saya sebagai member.
Per tahun 2020 bergabung sebagai admin di Ketapels (KOMiK dilepas), dan bulan Juni di tahun yang sama menjadi ketuanya.
------
Definisi bahwa rejeki tidak hanya berupa uang, tetapi bisa dari pertemanan saya buktikan di Kompasiana.
Saya bisa mengenal banyak nama penulis, kemudian membuka pintu kesempatan itu.
Saat ini (setidaknya) saya sudah ikut menulis di empat buku antalogi, dan satu buku biografi seorang tokoh -- dipesan oleh tokoh tersebut.
Kemudian -- alhamdulillah-- saya bisa menjejakkan kaki di beberapa kota di Indonesia, kalau ditelusuri ada andil Kompasiana di dalamnya.
Dari Kompasiana saya berkesempatan bersua, ngobrol dan mengenal public figure secara lebih dekat.
Mendapat tawaran pekerjaan terkait menulis, pun pekerjaan lain yang masih ada korelasinya dengan dunia tulis menulis.
Kalau saya ditanya tentang jalan dan andil di bidang kepenulisan, maka Kompasiana menjadi salah satu jawaban.
Cara Saya Memaknai Tiga Belas Tahun Kompasiana
Terhitung tujuh tahun menulis di Kompasiana, setidaknya saya sudah menemui dua tagline yang digunakan.
Adalah "Sharing & Connecting" cukup lama digunakan, kemudian "Beyond Blogging".
Sejujurnya, tagline yang sangat berkesan dan menginspirasi adalah "Beyond Blogging" yang memantik benak untuk melakukan sesuatu.
Komunitas dijadikan "jalan ninja" itu, guna mengejawantahkan dan atau menerjemahkan slogan keren tersebut.
Di awal pandemi kami admin menginisiasi kegiatan #KetapelsBerbagi , dan alhamdulillah sampai saat ini masih berjalan.
Kegiatan sosial yang melibatkan Teman Ketapels dan Kompasianer, turut berpartisipasi sesuai kemampuan.
Masih di tengah pandemi, komunitas berkolaborasi dengan UMKM Tangsel mengadakan kegiatan online. Yaitu Instagram Live, giveaway, kuis, lomba menulis dan kegiatan semisal.
Teman sesama Kompasianer yang memiliki usaha jualan, Ketapels membuatkan program Larisin Yuk.
Tak dipungkiri, semua adalah berkat Kompasiana.
Dan di usia Kompasiana yang ke 13, saya mohon ijin saya menjadikan tagline Beyond Blogging sebagai inspirasi dalam berkegiatan.
Bahwa dari menulis, ternyata kita bisa melakukan banyak hal yang sekiranya bisa menebarkan kebaikan dan kemanfaatan.
Bahwa dari menulis, kita bisa melakukan lebih dari sekedar menulis.
Semoga bermanfaat.
