Pada waktunya, setiap pernikahan akan menemu liku-likunya. Melewati tahapan demi tahapan, hubungan suami istri diuji dengan aneka permasalahan.
Demikian sunatullah berlaku dan bekerja, bahwa kerikil dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan.
Siap tak siap, diterima atau diingkari, disangkal atau dipahami, setiap orang dijamin memiliki onak dan duri diarungi.
Termasuk saat menjalani pernikahan, terjal dan curamnya akan menjadi tahapan mendewasakan.
Tetapi bukankah sejatinya kepedihan, justru mengasah sikap pasrah berserah. Bahwa ujian hidup akan menempa , sehingga perjalanan setiap orang berwarna.
Siapapun yang pernah terluka, biasanya lebih berempati derita sesama. Sedangkan keenakkan cenderung melenakan, tak mengajari beratnya menyandang nestapa.
Sebuah kalimat"Tertawa berlebihan akan mengeraskan hati", rasanya bukan sekedar kalimat tanpa makna. Â Ya, kesenangan berlebihan, terbukti lambat laun melunturkan lembut perasaan.
Maka berserah kepada Sang Maha Dahsyat, menjadi sebaik pilihan sikap saat duka melanda. Mengantar pada sikap belajar berdamai dengan keadaan, bersyukur untuk apapun yang dijalani.
Serumit apapun skenario hidup, sejatinya membawa akan dampak baik bagi yang menjalani. Apapun penyikapan (baik/buruk) diambil, hasilnya kembali pada pelakunya sendiri.
Bahwa pernikahan adalah fase kehidupan yang luar biasa, tidak bisa disangkal keberadaannya.
Lembaga pernikahan diselenggarakan semesta, bagi kebaikan umat manusia. Sebegitu utamanya menikah, Baginda Nabi Rasulullah SAW telah meneladankannya.
Sebuah hadist diriwayatkan Baihaqi dan Annas, bahwa Rasulullah bersabda "Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh orang itu telah telah meyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah setengah lainnya". (Hadis ini dishahihkan lagi oleh Al Bani dalam Shahihut wat Tarhib)
Jelas di hadist menikah menggenapkan yang separuh, artinya juga membolehkan apa yang sebelumnya dilarang.
Pernikahan mengatur mana yang hak dan yang bathil, dihadirkan tidak lain untuk kebaikan manusia.
Kalau norma agama melarang pria dan wanita dewasa berdua-duaan, maka setelah ijab kabul diikrarkan larangan itu gugur.
Kalau zina termasuk dosa besar, maka menikah menghalalkan hubungan suami istri bahkan membawa pelakunya kepada pahala dan keberkahan.
Menikah Itu Berbagi Sedih dan Bahagia
Episode naik dan turun kehidupan pernikahan, adalah kelaziman yang mengandung keseruan. Susah senangnya, Â menggembleng suami istri agar akrab dengan kesabaran.
Menyadarkan bahwa rasa sedih bukan hal buruk, pun rasa senang tidak berarti lebih mulia. Keduanya dipergilirkan, agar setiap pasangan bisa memetik hikmahnya.
Dan bahu membahu suami istri akan teruji di tahapan ini.
Bayangkan betapa indahnya, saat suami terpuruk istri memainkan fungsi sebagai support system. Menjadi orang pertama meraup kesedihan sang suami.
Pun ketika istri sedang dilanda nestapa, suami yang menguatkan dan menanamkan keyakinan. Suami menjadi  terdepan mendekap istri sedang gulana.
Apabila keduanya menjalankan tugas dan peran sebagaimana mestinya, mustahil  apabila tidak bertambah dan bertumbuh rasa sayang.
------
Menikah, membuat  kesedihan dan kesenangan tidak ditanggung sendiri. Semua situasi dihadapi berdua, lengkap dengan resikonya di kemudian hari.
Semangat yang luruh bisa kembali hadir, melalui penghiburan orang terdekat. Kegusaran bisa tersingkirkan, ketika mendapati senyum belahan jiwa.
Kalau ada yang bilang "menikah menambah masalah", sebaiknya dikaji ulang pola pikir ini.
Saya meyakini tak ada yang sia-sia, yang diselenggarakan oleh kehidupan.
Seberat apapun menjalankan syariat, ketika dibarengi keyakinan akan kebaikan. Niscaya akan membawa kebaikan dunia akhirat.
Kebanyakan kita mungkin sedang tertatih menjalani pernikahan, tetapi bukan alasan untuk menyerah kala. Kalau dihadapi berdua, kesedihan terasa ringan adanya.
Maka menikahlah, karena menikah itu berbagi sedih dan bahagia.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI